Pages

Kamis, 24 Desember 2009

Ayo ke Q-Tha...

Bagaimana jika sekolah tak mempunyai aturan yang mengikat siswa ? di sekolah alternatif Qariyah Tayyibah semua proses belajar ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan. Seperti apa pola pembelajaran sekolah yang punya segudang prestasi ini? kontributor KBR68H Noni Arni mengunjungi sekolah yang terletak di pinggiran Salatiga.

next instruction, pertama dicek sudahkah jumlahnya 7 masing-masing..tar lagi ngitung..aku sudah 6..ada siswa yang nyebutin mata pelajaran,..ga kumpul kelas..ini di dibawa pulang..kumpul aja nanti kalau ada yag sulit bisa tanya..saya anjurkankan ini dikerjakan di luar jam sibuk kalian...kalau sibuk terus gimana..aku ijin pulang..hari kamis di bawa.

Ahmad, pembimbing sekolah alternatif Qariyah Tayyibah membagikan soal Ujian Akhir Semester UAS untuk tujuh siswa kelas satu SMP.
Mereka duduk melingkar beralas tikar di ruangan yang disulap menjadi tempat belajar. Tidak nampak raut muka tegang, mereka justru asyik berdiskusi mengerjakan soal dari Dinas Pendidikan itu.

Para siswa juga bebas memainkan telepon genggam dan ngobrol dengan teman. Pemandangan ini tentu saja tidak akan ditemui pada sekolah formal.

”Mengerjakan soalnya bagaimana?..pasti beda beda. Mereka mau buka buku atau tanya temen atau tanya tetangga, bahkan ngawur saja juga silahkan. kesepakatan gimana? Semua boleh, terserah..kamu mo ngerjain gimana? liat buku,tanya.. Aku ga berusaha dulu kalau ga bisa baru tanya..yang paling antik adi, dia langsung komat kamit...hahaaa.”

Seperti Isma, mengerjakan soal UAS di rumah

”Kerjakan di rumah aja. kalau lagi pengen sama temen. Sudah buka soal..belum. dikasih buku ? cari di situ kalau di sini ga dikasi. Cari taunya? Bisa di internet , buku-buku situ. Penting ga tes ... ga penting.biasanya ga ada tes.. enggak pengaruh.”

Ahmad Darojat, pembimbing di sekolah alternatif Qariyah Tayyibah mengatakan, tidak mewajibkan siswanya ikut UAS maupun ujian nasional UN.

”Tadi saya bilang pada mereka pada prinsipnya ga punya tes macam ginani. Ini yang di minta dinas pendidikan biar kita bisa komunikasi terus dengan mereka kita jalankan ini. nilainya nya jelek atau baik ga ada pengaruhnya. Tinggal mereka kepentingannya dalam tes ini apa, kepentingan untuk berlatih ya dia akan berlatih. Kepentingannya hanya mengerjakan. matematika PPKN diajarkan? Ga diajarkan Yang penting bagaimana mereka mencarinya bukan mendapatkannya. ”

Kepala sekolah yang juga sebagai penggagas sekolah alternatif Qariyah Tayyibah, Achmad Bahrudin punya alasan kenapa membebaskan siswanya mengikuti ujian, baik UAS maupun UN.

”UU Sisdiknas menempatkan UN bukan syarat kelulusan sebenarnya. karena yang punya kewenangan meluluskan masing-masing sekolah. Selama ini ujian nasional menyimpang dari undang-undang Karena disebut bukan satu-satunya syarat, berarti boleh tidak ikut UN. Kita coba praktekkan itu. Kita tidak berani melanggar undang-undang. Ketika anak suka di dunia teater, drama ternyata tidak di apresied. hanya ikut-ikutan karena ”ngemong” orang tua. Apa yang mereka minati betul itu tidak mau di ganggu oleh UN. Sehingga UN dianggap biasa-biasa saja.”

Kata Bahrudin, ujian tidak bisa mengukur dan menfasilitasi perkembangan anak yang punya minat di bidang lain. Contohnya, Alex Arida siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Semarang yang tak lulus UN. Padahal, ia finalis olimpiade fisika.

Bahkan siswa Qariyah Tayyibah Fina Af'idatussofa dan 2 temannya mengkritik pelaksanaan UN dalam buku yang sudah di terbitkan berjudul ”Lebih Asyik Tanpa UAN”. Dalam bukunya mereka menulis bahwa UN hanya membatasi kemampuan dan perkembangan siswa.

Bahrudin mengakui metode belajar yang di terapkan di sekolah ini sangat berbeda.

"Ketika di desanya ada persoalan tentang alat produksi anak-anak akhirnya belajar tentang land reform. Tidak ada di SMP SMA se Indonesia bahkan se-dunia yang anak sekecil itu bisa membuat kajian land reform. Masalah itu ternyata bisa menjadi resource pembelajaran. apalagi potensi natural resources yang ada di desa ini, ada kebun, ada sawah dan serangkaian permasalahannya. Jadi model pembelajaran yang orang nyebut ”sak karepe dewe” terus dengan sarana yang sangat terbatas, gedung ga ada, kita gunakan cara berpikir mandiri, kita manfaatkan apa yang ada ternyata tonggak awal membangun kretivitas anak, anak di beri kepercayaan untuk menentukan sesuai dengan dirinya,sehingga daya kreasi,inovasi, imajinasi justru berkembang.”

Membebaskan dan memberi kepercayaan kepada siswa menjadi kunci keberhasilan.

”Semakin total membebaskan pada anak, mau apapun yang penting bukan tindak kriminal. Kita selalu dukung.tiba-tiba si anak ingin bikin film. Keinginan apapun. Lebih kayak kegemaran seperti film, musik ada juga yang suka di matematika.”

Ali Muntoha, salah seorang pembimbing sekolah menambahkan tidak ada istilah guru di sekolah ini, tapi teman belajar.

”harus belajar dengan anak-anak kita cari tahu bareng-bareng. jadi kita kayak tim, malah melengkapi. Mereka butuh kita untuk nemeni ketika mereka belajar ya kita upayakan untuk siap. Mereka ya cari buku-buku sendiri dari temennya yang sekolah di luar, kadang belajar sendiri. Butuh kita temeni.. ya kita temeni belajar bareng. Misalnya kita ke sawah belajar kodok, kita teliti kenapa kok kulit kodok selalu basah ya dah kita cari bareng-bareng. Timbul kritis mereka untuk lebih tahu.”

Pada awalnya, Qariyah Tayibah berdiri sebagai bentuk keprihatinan Bahrudin terhadap mahalnya biaya pendidikan. Sekolah alternatif ini menampung anak desa Kalibening Salatiga yang tidak mampu melanjutkan SMP. Sekolah yang mengajarkan kesederhanaan ini memanfaatkan rumah milik Bahrudin sebagai ruang belajar, lingkungan sekitar dan koneksi internet 24 jam sebagai sarana belajar dan pusat informasi. Komputer yang mereka gunakan untuk mengakses internet didapat dari hasil menabung siswa. Biaya operasionalnya ditopang dari sumbangan sukarela dari orang tua siswa.

Pendamping tidak pernah memaksa keinginan siswa. Seperti kata Isma
Dah belajar apa aja?.. Ganti-ganti kalau males. Ga ada yang di wajibkan. Kalau sekarang pengen belajar IPA.
Tergantung moodnya. Belajarnya terkadang di rumah, belajar bersama, di masjid. Kalau ga ngerti tanya orang lain. Kalau bahasa inggris wajib, ada pendampingnya. Kumpul kelas ngobrol-ngobrol. Kalau ga masuk kelas? pernah maen-maen di kali kalau ketemu ijin ga kumpul kelas kalau di tanya terus di denda 5 ribu kesepakatan kelas.”

Penilik Pendidikan Non Formal pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Salatiga, Niken Widagdarini menjelaskan, Qariyah Tayyibah memilih tetap mengikuti ketentuan dari Diknas.

”Tetep ada tes semester, ada UN. Terserah anaknya mau ikut UN atau tidak. Kami menyarankan cuman kita harus mengingat akan kepentingan anak. Saat ini anak belum membutuhkan ijasah misalnya tetapi suatu saat ketika terjun ke masyarakat kan legal formal untuk ijasah kan tetap di perlukan. kita hanya ”jagani” anak-anak itu ketika suatu saat terjun di masyarakat butuh satu pekerjaan yang membutuhkan persyaratan tertentu itu dia punya.”

Sejak 5 tahun terakhir, Qariyah Tayyibah keluar dari sistem SMP Terbuka dan beralih menjadi komunitas belajar, di bawah pengawasan Direktorat Jendral Pendidikan non formal. Berubah status karena dianggap lebih fleksibel.Salah satunya tak mewajibkan siswanya mengikuti ujian.

Catatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah menyebutkan, tiap tahun puluhan ribu siswa tak lulus UN. Tahun 2008 saja, dari total 400 ribuan siswa yang mengikuti UN, 56 ribu lebih siswa tidak lulus. Padahal mereka berasal dari sekolah formal dengan aturan ketat dan kurikulum padat.

Bagi Maia Rosyida, sekolah alternatif Qariyah Tayyibah dianggap tempat menyenangkan untuk belajar dibandingkan sekolah formal. Ia bebas mengembangkan bakat dan kemampuannya. Meski tak memiliki ijasah resmi, ia tetap memiliki prestasi.

”Dulu aku dah mo naik kelas 2 SMA cuman dah ga tahan kalau di konvensional aku ga bisa matematika aku di bilang goblok padahal aku kan bisa nulis novel contohnya. Di bilang goblok aku down terus akhirnya aku putuskan untuk gabung di sini. Waktu itu belum ada SMA nya, ya udah aku turun aja 2 tahun, ga papa. Ga masalah itu nya toh sampai sekarang aku juga masih belajar terus. Kalau di tanya kok ga lulus biarin aja kan belajar terus. Orang tuaku sama sepemikiran. Kayak Einstain belajar dari pamannya, Edison belajar dari ibunya. Sekolah itu ga terbatas bisa siapapun.”

Pengakuan Maia Rosyida, alumni sekolah alternatif Qariyah Tayyibah yang kini menjadi penulis novel.

Sebagian besar Novel karya Maia bercerita tentang dunia pendidikan diantaranya ”Sekolahku Bukan Sekolah”, ” Ekspresi” dan Tarian Cinta”. Ia bertemu tokoh idolanya bekas Presiden Abdurrahman Wahid lewat bukunya berjudul ” Gus Dur Asyik Gitu Loh”.

Maia telah menulis 20 novel, menjadi sutradara film pendek dan berkeliling Indonesia. Kini ia bersama teman se-angkatannya mendirikan Virtual University yang di beri nama Universitas Kehidupan. Tempat belajar dan diskusi lewat dunia maya.

”Mereka masih melihat bahwa kita nongkrong. Padahal dari Nongkrong kita dapat ide. Sekarang bikin universitas. Kebetulan kami angkatan ke tujuh pisah, ada yang di Bandung, di Jobang Pesantren,Solo, Semarang. Pisah, kita bukan sekolahan konvensioanal. Lulus pisah sama temen tidak ada gerakan. Ini kan semacam gerakan revolusi. Akhirnya kita usul namanya UK, Universitas Kehidupan (bacanya UK biar kayak United Kingdom). Biar bersatu kita sepakati dengan online. Persentasi lewat internet. Kita persentasi tentang satu hal.”

Tidak hanya Maia, siswa sekolah ini mempunyai segudang prestasi. Dari juara karya tulis online se-kota Salatiga, lomba karya ilmiah tingkat Jawa Tengah, hingga Winda yang menjadi atlet kejuaraan nasional wushu junior.
Puluhan keping video lagu, film pendek, dan buku cerpen hasil karya mereka juga terpajang di rak sekolah mereka.

Tapi Kepala sekolah alternatif Qariyah Tayyibah Bahrudin punya cara sendiri menilai prestasi siswanya.

”Tidak punya ukuran jelas tentang prestasi. Bagi kami ketika anak menemukan dirinya itu ya prestasi puncak, meski menemukan dirinya dengan kekurangannya. Tidak harus dalam wujud karya. Tidak perlu di tuntut untuk dalam tanda kutip berprestasi, apalagi prestasi itu mendapatkan nilai bagus atas evaluasi yang dilakukan orang lain. Itu sudah bertolak belakang. Kalau tadi menemukan itu sebenarnya diri kemampuan mengevaluasi diri.”

Anak-anak berniat sekolah di Qariyah Tayyibah karena ingin melepaskan diri dari aturan mengikat yang dapat membelenggu kreativitasnya.

Binar Al-Kautsar siswa dari Bangka Belitung, meninggalkan Sekolah Internasional di kampung halamannya. Begitu juga Isma

„ Kalau di sana bangun jam 7 pagi terpaksa kalau disini mau ga… .kadang bagun jam 9, jam 11. Jarang.. Paling ikutnya forum, kelas Senin saja. tergantung kelasnya mau kumpul atau tidak. Di sini free.”

”Pengen suasana yang beda. Kalau lagi males belajar ga usah belajar ga papa. Kalau di formal kan di suruh-suruh gitu kayak wajib. Awalnya sudah daftar di MTS, kayaknya asyik sini. Sebelumnya dah datang kesini. Temenmu komentar apa? Asyik ya sekolah di situ.”

Een siswa asal Bengkulu juga merasakan hal serupa

“Pengen bebas dari peraturan kelas-kelas aja. Disini bebas jadi kita bakan enak gitu lho. kalau keluarga besar juga langsung dukung aja soalnya pamanku sudah pernah kesini pernah lihat kondisinya jadi setuju aja. Jadi disini bebas kalau kita butuh ya kita cari kalau ga butuh ya ga usah. Itu yang bikin aku seneng di sini.“

Orang tua pun yakin dan menyerahkan sepenuhnya pola pembelajaran anaknya pada Qariyah Tayibah, seperti Ridwan

“Saya mantap bahwa pola pembelajaran di Qariyah Tayibah, sangat cocok untuk mengembangkan potensi anak. Dia mau tahu apa saja proses itu dia lakukan apa saja. Memberikan ruang pada anak untuk berkarya,

Pemerhati pendidikan Naswil Idris mengakui konsep pembelajaran di Qariyah Tayyibah sebagai embrio model sekolah yang berhasil. Sekolah alternatif patut mendapat apresiasi

”Melihat nilai mata pelajaran yang diujikan Diknas hasilnya sangat baik, rahasianya mereka bisa mengunakan fasilitas di internet dengan baik. Mereka bisa mengeksplorasi bahan-bahan itudi internet. Murid dihargai sistem sekolah ini dan guru juga di beri kebebasani untuk mencari bahan-bahan di internet.”

Model sekolah ini kata Naswil, sebenarnya bisa di terapkan di sekolah lain.

Lingkungan dan proses belajar dengan suasana menyenangkan menjadi hal yang paling di inginkan semua anak. Dengan begitu, mereka tetap dapat berprestasi.Dimanapun mereka sekolah.

9 Desember

Berbagai elemen masyarakat hari ini turun ke jalan memperingati hari antikorupsi Internasional yang diperingati setiap 9 Desember. Selain di Jakarta, aksi ini dilakukan di seluruh Indonesia, tidak hanya di kota besar tapi juga di daerah-daerah.

Unjuk rasa memperingati hari anti korupsi di berbagai kota di seluruh Indonesia, umunya berlangsung lancar. Di Jakarta 14 tempat menjadi konsentrasi aksi damai, diantaranya di Bundaran HI, di depan Istana Presiden, di depan Gedung DPR, dan di Gedung KPK. Di depan Istana Merdeka, sejumlah masasa membakar foto Menteri Keuangan Sri Mulyani dan wakil Presiden Budiono yang mereka tuding terlibat dalam skandal Bank Century.

Di bawah penjagaan ketat aparat, massa memulai aksinya dengan berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia, lalu melangsungkan aksi jalan kaki di silang Monumen Nasional. Massa umumnya berasal dari sekitar 45 elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) dan Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi (Kompak). Sejumlah tokoh terkemuka tampak hadir pula. Antara lain Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin, pengamat komunikasi Effendi Gazali, penyanyi Iwan Fals, Eddy Kondoligit, sejumlah pesohor ibukota, serta sejumlah politikus.

Sebagaimana direncanakan, demonstrasi massa ini berlangsung tanpa orasi. Acara hanya diisi dengan pembacaan puisi, menyanyikan lagu kebangsaan, pembacaan doa lintas agama dan deklarasi indonesia bersih.

Unjuk rasa yang perencanaannya memunculkan kehebohan dan kontroversi ini dihadiri ribuan orang, kendati jauh di bawah jumlah 100 ribu orang sebagaimana ditargetkan sebelumnya oleh Kompak, pengagasa aksi ini. Namun Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi Kompak Fadjroel Rachman menyatakan, sasaran mereka tidak meleset jauh.

„Kalau dikaitkan di seluruh indonesia artinya di 33 propinsi jumlahnya mendekati dari yang kami ramalkan. Aksi hari ini sebenarnya sudah luar biasa. Ini berarti kami sudah merayakan hari anti korupsi sedunia di 33 propinsi dan 400 kabupaten kota bersama di seluruh dunia.“

Beberapa hari sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku mendapat informasi lengkap bahwa tzanggal 9 Desember ini akan berlangsung sebuah gerakan sosial. Ia menambahkan, banyak tokoh dan politikus lama akan turut ambil bagian dalam gerakan yang menunggangi unjuk rasa anti korupsi itu.

Fajroel Rachman dari Kompak menyatakan, tudingan itu tidak terbukti.
"Sangat luar biasa, ini adalah penghargaan terbesar kepada rakyat indonesia bahwa kita, mereka berhasil menunjukkan bahwa kita bangsa yang beradab, masyarakat sipil yang beradab. Jadi tuduhan dari Susilo Bambang Yudhoyono sama sekali tidak terbukti bahwa aksi ini akan menuju makar, sama sekali tidak terbukti."

Faroel menambahkan, aksi hari ini akan dijadikan momen untuk mencermati penanganan beberapa kasus besar yang menyedot perhatian banyak pihak seperti kasus bank century dan pembuatan undang-undang terbalik untuk memberantas korupsi.

Selain massa Gerakan Indonesia Bersih, ratusan masa pendukung SBY pun turun ke jalan di sekitar Monas, namun mengambil jarak dari masa Gerakan Indonesia Bersih yang cenderung kritis pada SBY. Masa pendukung SBY itu antara lain berasal dari kelompok Aliansi Rakyat Untuk SBY (Arus), Lumbung Informasi Rakyat LIRA, Gerakan Anti Korupsi (Gebrak) dan Aliansi Kepedulian Rakyat untuk Kemapanan Bangsa (Akrab).

Berbagai aksi serupa berlangsung juga di Medan, Palembang, Bandung, Yogyakarta, Makassar bahkan Jayapura .

Sementara itu, Berbeda dengan tahun sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menggelar renungan dan refleksi dalam rangka Hari Antikorupsi Sedunia dengan sederhana dan bersifat internal bagi pegawai KPK.

Deutsche Welle / Indonesian Programme

Aksi Damai hari Anti Korupsi

Bertepatan dengan peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember, sejumlah tokoh dan pegiat anti korupsi berencana menggelar aksi damai besar-besaran. Aksi dipusatkan di ibukota Jakarta dengan menggalang massa ribuan orang. Aksi juga akan digelar serentak di 400 kota, di 33 provinsi di Indonesia.

Koordinator Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi Kompak Fadjroel Rachman memaparkan meski secara langsung aksi hari ini dilatarbelakangi beberapa kasus kriminalisasi KPK dan kasus Bank Century, aksi tersebut bertujuan mengampanyekan pencegahan korupsi di Indonesia

”Kalau yang langsung konteksnya adalah rekayasa kemudian kasus Bank Century. Itu konteksnya. Tetapi secara umum kami ingin bersama-sama memperingati atau menumbuhkan kesadaran baru pada masyarakat bahwa korupsi itu adalah musuh bersama bukan hanya di indonesia tapi secara global. Gerakan 9 Desember adalah suatu festival masyarakat sipil yang menyebut dirinya mencegah korupsi.”

Aksi damai 9 desember yang diawali aksi jalan kaki dari Monas hingga Bundaran Hotel Indonesia, akan dilakukan tanpa tanpa orasi dan hanya dengan menggelar doa bersama dari enam tokoh agama.

Menurut Fajroel, Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember merupakaan saat yang tepat bagi rakyat untuk menunjukkan komitmen memberantas bahaya laten korupsi. Harapannya, Indonesia dan akan terbentuk kesadaran masyarakat Indonesia bersih dari praktik-praktik korupsi.

”Goal umumnya ingin membentuk kesadaran melepaskan Indonesia dari korupsi. Sekarang ini menurut Transparansi Indonesia kita kan nomor 111. Goal terakhirnya jelas kami ingin nomor satu seperti Selandia Baru. Pertama mungkin arus mengalahkan Malaysia dulu, Malaysia kan nomor 59, kemudian mengalahkan Thailand, mengalahkan Brunai baru mengalahkan Singapura.”

Menurutnya, skandal korupsi ini dapat membawa risiko tinggi yang sistematis dan organis dalam kehidupan bangsa. Jika tidak dituntaskan akan membawa bangsa kepada kehancuran. Terlebih lagi sebagian besar kasus korupsi yang ada di Indonesia didominasi kalangan elit kekuasaan.

Polda Metro Jaya sendiri menyiagakan 13 ribu personil dalam menghadapi aksi unjuk rasa 9 Desember. Pengamanan sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan adanya kerusuhan mengingat jumlah massa yang akan datang dalam aksi tersebut.

Sebelumnya dalam pidato di depan peserta rapat pimpinan nasional Partai Demokrat hari Minggu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menuduh rencana peringatan Hari Anti Korupsi Dunia tanggal 9 Desember memiliki motif politik. SBY mengatakan memiliki fakta dan bukti tentang gerakan politik dibalik rencana peringatan itu.

Noni Aernee
Deutsche Welle/ Indonesian Programme

Mekanisme REDD akan kuasai hutan Indonesia

Jelang KTT Perubahan Iklim ke -15 Copenhagen

Sejumlah organisasi gerakan lingkungan hidup mengecam kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan negara maju terhadap projek skema pengurangan emisi dari pencegahan penggundulan dan perusakan hutan atau REDD di Indonesia. Salah satunya rencana pemerintah Indonesia dengan Australia dalam mekanisme jual beli karbon melalui program Kalimantan Forest and Climate Parthnership (KFCP). Dalam program tersebut pemerintah Australia menyiapkan anggaran 30 juta dolar Australia, untuk menyewa 100 ribu hektar hutan penyerap karbon selama 4 tahun.

Kecaman terhadap proyek kerjasama pemerintah Indonesia dan negara maju dalam bidang skema pengurangan emisi dari pencegahan penggundulan dan perusakan hutan atau REDD ini dihembuskan, menyusul adanya laporan tentang project REDD yang disinyalir hanya untuk memenuhi tujuan jual beli karbon dengan harga murah, tanpa perlu mengurangi aktivitas industri Australia yang mencemari bumi.

Kepala Departemen Kampanye Walhi Teguh Surya menilai Skema REDD akan memicu konflik agraria dan pelanggaran HAM.

”Kalau melihat kebijakan tentang REDD kecil sekali pengakuan kawasan adat itu memiliki akses dan kontrol sumber daya alam dan memiliki hak untuk memutuskan itu. bahkan bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Jadi ini berimplikasi pada konflik. Hal lainnya Kalau berbicara status legal kepemilikan lahan sampai hari ini yang memiliki adalah perusahaan-perusahaan besar , maka dapat di yakini hanya perusahaan besar yang bisa mengambil keuntungan dari proses ini. Terlepas ada REDD atau tidak akui secara tegas dalam kebijakan nasional secara legal formal hak kepemilikan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal atas sumber daya alam. kedua selesaikan konflik-konflik agraria yang terjadi selama ini. Dan kemudian di hitung ulang potensi sumber daya alam indonesia, itu yag harus dilakukan. Jika tidak ga akan merubah apa-apa.”

Selain itu, menurutnya penerapan mekanisme offset untuk mengurangi emisi karbon hanya akan menempatkan Indonesia sebagai “toilet karbon” penampung limbah emisi industri negara maju.

Penolakan skema REDD juga dilakukan Serikat Petani Indonesia. Mereka meminta pemerintah lebih mengedepankan konsep pertanian berkelanjutan yang mengutamakan kepentingan pangan lokal dan nasional di bandingkan kepentingan eksport import lebih di prioritaskan, karena konsep ini mampu mengurangi emisi hinga 50 persen gas rumah kaca. Menurut Staf Kajian Strategis Serikat Petani Indonesia Elisha Kartini, mekanisme jual beli karbon justru berpotensi meningkatkan perampasan lahan milik warga.

"Land lock suatu kawasan di tutup karena hanya sebagai areal penyerapan karbon saja. Dan hasilnya di hitung sebagai pengurangan emisi yang dilakukan negara yang memiliki konsesi terhadap kawasan itu. Jadi Australia, Inggris mengatakan kami sudah melakuakn pengurangan sekian juta ton melalui skema REDD ini. Dan kami melihat juga sebagai bentuk perampasan teritori bagaimana kawasan hutan di Indonesia sudah di kapling-kapling dan di serahkan di kelola untuk penyerapan karbon bagi negara-negara maju sementara di dalam negaranya mereka sendiri mereka tidak mau sama sekali melakukan penurunan emisi baik dari industri , gaya hidup mereka yang konsumtif dan boros energi.”

Hingga saat ini ada tujuh negara yang memberikan sokongan dana untuk REDD di Indonesia yaitu Australia, Norwegia, Jerman, Inggris, dan Korea Selatan sedangkan dua negara yang memberikan pinjaman lunak yaitu Jepang dan Perancis.

Di Indonesia terdapat 21 proyek REDD baik dalam bentuk sukarela maupun proyek utama yang mencakup kawasan seluas 26,6 juta hektar dengan melibatkan dana hingga 6,3 miliar dollar amerika serikat.

Noni Aernee
Deutsche Welle/ Indonesia preoggrame

Bikin film kampung...kenapa tidak???

Komunitas kampung film Ungaran Semarang, sebuah kampung yang warganya aktif membuat film pendek. Dengan semboyan “jadilah pemain, jangan hanya jadi penonton”, Komunitas ini muncul sebagai sarana hiburan alternatif dan edukasi warga agar kreatif. Seperti apa aktivitas mereka, Kontributor KBR 68H Noni Arni ikut menyaksikan pembuatan film pendek yang sering disebut sebagai film kampung ini.

*****

Pak Budi tengah asyik memunguti ikan di sungai yang telah di racun sebelumnya, meski Feri dan anak-anak lainnya yang tengah memancing protes dengan ulahnya.Pak budi tetap tak perduli.

Adegan syuting film berjudul ”memancing di air keruh, Balada iwak kali” bukan syuting kejar tayang artis ibukota. Pemain adalah Budi dan anak-anak kampung Bulusari Ungaran Semarang. Aksi mereka pun tak kalah dengan para aktris film komersil di layar kaca.
Film yang bercerita tentang pentingnya memelihara lingkungan ini adalah salah satu dari puluhan film pendek garapan komunitas kampung film yang Lahir 5 tahun lalu.

Pembuatan film dilakukan dengan suasana santai penuh canda tawa, hanya berbekal kamera dan kaset mini DV jadilah film cerita berdurasi 10 menit, dengan waktu pengambilan gambar tidak lebih dari satu hari.
Kru tetap yang membesut setiap produksi film ini adalah Yusro, anaknya dan warga kampung. Meski nol pengalaman tak membuat kru mengalami kesulitan, seperti kata Heri, salah satu kru komunitas kampung film

”Mereka improve sendiri kita kasih inti-intinya saja. Trus pemainnya suruh mengembangkan sendiri, nanti dialog seperti apa. Baru pertama biasanya agak susah. Belum menemukan Ekspresi, masih agak grogi. Lebih gampang ke anak-anaknya karena mereka lebih terbiasa.”

Anak-anak dan warga lain seperti Asri dan Feri merasa senang menjadi jadi pemain film, meski kata mereka itu adalah film kampung.

”Malu seneng ya campur aduk.(susah ga?) susahnya ekspresinya itu, trus kalo gampangnya kayak udah kehidupan sehari-hari ceritanya. bagus soale bisa ngelatih anak-anak ngasah ketrampilan. Terus Positif lah buat anak-anak , bisa ngisi waktu luang dari pada buat main-main kan mending kayak gini bisa ngasah ketrampilan trus bisa belajar dunia akting kayak di tv-tv itu. bisa ngerasain artis desa.”

”Pertamanya sedikit grogi tidak pede tapi lama-lama bisa ngikuti. Ya latihan sama produsernya. Asyiknya bisa menjadi sorotan masyarakat sekitar sini. Seneng inikan bisa memotivasi anak-anak.”

Keprihatinan maraknya tontonan tidak bermutu di layar kaca, membuat Yusro Edy Nugroho, seorang pengajar universitas negeri di kota Semarang menggagas ide kampung film. Ia tergelitik untuk menumbuhkan kreatifitas di lingkungan sekitarnya

Tujuan yang paling pokok adalah mendidik.mengajarkan kepada anak-anak disini untuk bisa menjadi Orang yang berproduksi, menjadi pembuat, pelaku. Bukan menjadi penonton. saya prihatin melihat anak-anak bermain nintento di depan televisi berjam-jam. apa yang harus kita selamatkan untuk generasi muda sekarang kalau mereka menjadi penonton. Daripada kita nonton tontonan orang, lebih baik bikin sendiri.

Yusro menambahkan, pada awalnya film garapannya hanya melibatkan anak-anak. Kini hampir 80 persen warga ikut terlibat. Sebagai pemain utama, figuran maupun kru. Lokasi syuting pun hanya di rumah warga, halaman, atau di lingkungan sekitar. Dengan Ide cerita tentang keseharian yang membawa pesan moral.

”Cerita kehidupan mereka. Keseharian, persoalan yang ada di keluarga yang kita angkat sebagai cerita. Bahkan kita tidak mempersulit diri dengan bahasa. pake bahasa mereka sehari-hari. (misalnya apa pak?)..
ada sebuah film yang judulnya ”Balada iwak kali” ceritanya sederhana ketika ada cerita dari warga anaknya pak X itu dia kalo makan tidak mau kalau tidak pake ikan. Akhirnya kita bikin film. Bapaknya orang miskin tapi anaknya minta makan selalu pake ikan, akhirnya bapaknya cari ikan di kali dengan apotas. ternyata dampaknya merusak lingkungan. Cerita soal penyadaran masyarakat bagaimana kita harus memelihara lingkungan.

Hingga kini sudah 30-an film cerita diproduksi Komunitas Kampung Film menjadi tontonan wajib saat kegiatan kampung. Warga Bulusari Bandarjo pun mendukung aktivitas komunitas kampung film, seperti halnya Sumpono dan Tafiq

”Baik ya karena memberikan aktifitas pada anak-anak , lalu juga memberi pembelajaran bagi masyarakat, yang jelas itu memberikan perkembangan yang positif bagi anak-anak, pengalaman bagaimana cara membuat film. Lalu orang-orang film itu bagaimana. Mereka yang diajak maen film itu kan nol semua. Harapan saya tidak sekedar buat pengertian tetapi bisa menghidupi. ”

” untuk menumbuhkan bakat, ya saya mendukung karena terus terang dengan adanya seperti ini kan hal-hal negatif bisa tersingkir. Seperti ini untuk mendidik anak.”

Kini warga kampung Bulusari Bandarjo tidak hanya jadi penonton, namun kini benar-benar menjadi pemain film.

Kontributor KBR68H di Semarang, Noni Arni.