Pages

Jumat, 09 April 2010

Kampung Cyber RT.36 Taman Yogyakarta

Deutsche Welle
03.04.2010

Mencerdaskan masyarakat agar melek teknologi informasi bisa dilakukan siapa saja, tak harus menunggu uluran tangan pemerintah. Seperti yang dilakukan warga Kampung Taman, Yogyakarta. Mereka bersama-sama mengejar ketertinggalan belajar mengenal teknologi dengan menggunakan jaringan internet.
Seperti apa mereka belajar? Saya, Noni Arni berkunjung ke kampung yang mendapat sebutan Kampung Cyber.

Sekilas Kampung Taman, tak beda dengan kampung padat penduduk lainnya. Rumah saling berhimpit dan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Tapi terlihat berbeda begitu melongok gardu siskamling berukuran 3 kali 2 meter di tengah kampung.
Seperti yang terlihat sore itu, Titik dan ibu-ibu lainnya tengah asyik mencari ide cara menghias tumpeng lewat internet. Sementara tangan Ira, ibu lainnya, menekan tombol keyboard komputer agar gambar tumpeng yang mereka inginkan muncul di layar.

Bapak-bapak di kampung itu juga tak kalah. Mereka tengah belajar membuat blog.

Beginilah aktifitas warga Kampung Cyber setiap sore. Tepatnya sejak pos siskamling yang biasa disebut ”Cangkruk” terkoneksi jaringan internet gratis sekitar 2 tahun lalu. Mereka bebas menggunakan komputer meja dan satu buah laptop untuk mengakses internet hasil swadaya ini.

Gagasan menciptakan kampung cyber ini tak lepas dari keinginan Heri Sutanto untuk mengenalkan teknologi informasi kepada warganya yang sangat awam dengan teknologi. Ia adalah pengurus kampung yang bekerja di laboratorium komputer di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

”Untuk mengejar ketertinggalan. masa-masa sekarang masih sulit untuk bisa masuk ke perkampungan ke masyarakat yang paling bawah. Bermula dari membuat blog tentang aktifitas kegiatan sosial yang ada di wilayah kami. Kami publikasikan ke warga . Kami ingin ada ketertarikan dari warga akan internet. Kami tayangkan di acara kegiatan sosial di wilayah kami.”

Juga mengenalkan potensi kampungnya kepada dunia luar, ujar Sasongko, yang membantu Heri mewujudkan kampung cyber ini menambahkan,

”Saya pengen mengenalkan kampung saya yang ternyata banyak sekali potensi yang belum digali. Makanya membikin blog untuk menampilkan profil kampung saya. Rasa kekeluargaan disini sangat erat sekali. Gotong royong dan kumpul sama warga intensitasnya tinggi. Kampung seperti ini kayaknya Sudah jarang. saya bikin blog untuk angkat potensi yang bisa digali. Pertama kegiatan RT kita, mesti langsung upload foto dan berita. Ada yang tukang batik, sablon Kita angkat. Jadi menawarkannya lewat situ.”

Heri Sutanto mengatakan, butuh proses panjang mengenalkan teknologi kepada warga, ketika internet masih jauh dari kehidupan sehari-hari warga. Tapi lambat laun, warga mulai berkenalan dengan dunia cyber.

”Yang jelas bahwa internet itu masih jauh dari kebutuhan mereka. buat apa kegunaanya, misalnya seorang pedagang bakso, lalu yang keseharianya cuman batik.”
Pelan-pelan mengenalkan Melalui berbagai macam sosialisasi baik itu dipertemuan , lalu interaksi dari mereka sendiri. Kami juga melakukan pengenalan melalui pelatihan untuk membekali warga menggunakan internet. Tidak dipungut biaya.”

Terlebih lagi latar belakang dari tingkat pengetahuan tentang internet warga masih sangat rendah. Jadi perlu sesuatu lebih dulu yang bisa menarik perhatian warga. Internet bisa digunakan sebagai ajang tukar-menukar informasi.

”Untuk memancing ketertarikan mereka pada awalnya facebook. Kami gunakan untuk menyampaikan kegiatan juga saling tukar informasi pelatihan. Kalau sebelumnya hanya ditempel di papan pengumuman mungkin yang baca hanya beberapa orang yang kebetulan lewat, tapi begitu saya upload ke facebook tanggapannya bisa sampe kemana-mana bisa meluas.”

Awalnya memang tidak mudah. Kebanyakan orang di kampung sudah mengenal televisi, tetapi belum begitu kenal penggunaan komputer. Ini diakui Rujito warga kampung Taman
Oton Rujito_pengalaman pertama
”Jangankan buka komputer, saya aja gak tahu CPU. Komputer saya kira tu layarnya tok nggak tahu ada mesinnya. Saya baru tahu ya itu. Kalau dulu saya ga tahu, komputer saya lihat ya kayak teve. Saya kira cuman itu tok. Perangkat lainnya apalagi yang macem-macem ga tahu sama sekali. Pertama kita bikin email, caranya ngobrol lewat email gimana, terus ada facebook itu rame, kita bikin facebook.”

Akses internet gratis yang disediakan di Cangkruk atau gardu siskamling ini dimanfaatkan sebagai sarana bertukar informasi dan belajar. Dan bisa digunakan warga yang belum memiliki jaringan internet di rumah.

”Akses gratis, kami adakan di pos kampling yang bisa digunakan oleh warga. Dan disitu Tidak semata-mata mengakses internet tapi ada proses pembelajaran , ada interaksi dengan warga yang lain untuk bisa menggali, saling mengajari. Pembelajaran tidak hanya di pos kampling, dimasing-masing rumah warga biasa kumpul-kumpul tanya-tanya. Belajar bareng.

Perlahan kemudian secara swadaya dan gotong royong, rumah warga juga dipasang jaringan internet. Warga cukup membeli perangkat komputer dan berlangganan sebesar 50 ribu rupiah per bulan untuk mendapatkan akses internet tak terbatas. Instalasi jaringan dilakukan secara gotong royong. Mulanya ada 8 rumah yang disambungkan. Sekarang jumlahnya terus bertambah.

Secara bertahap gagasan kampung cyber mendapat respon baik. Wargapun belajar bersama dan mulai merasakan manfaatnya. Mereka yang dulu tidak bisa menggunakan internet sendiri, sekarang sudah bisa berkomunikasi di dunia maya. Seperti pengalaman Titik:

”Kita dikasih tahu sama suami sama anak, gini lho bu caranya buka internet. Dulu dirumah ga ada jadi ditawari kalau kita bikin internet dikampung gimana . Sekarang kita sendiri bisa ga perlu didampingi. Tiap hari kita merlukan apa. Misalnya kita pengen berita yang aktual lihat di detik.com. Yang dulu ga tahu jadi tahu. Kebetulan saya punya soadara di Jerman, jadi kita bisa chating , tanya khabarnya, lihat gambar-gambarnya. Pokoknya manfaatnya banyak sekali. Di internet ibarat mau minta apa aja bisa. Padahal cuman pesawat segitu tapi bisa mencakup seluruh dunia.”

Manfaat juga dirasakan warga yang memiliki usaha rumahan. Mereka bisa mempromosikan produksinya lebih luas lagi. Seperti Puji Astuti yang punya usaha batik tulis.

”Pemasarannya lebih luas (sampe mana saja?) ya.. yang di Jakarta itu juga lihat dari internet. Ada temen lihat dari internet terus pesen. Sekarang lebih meluaslah, harganya juga bisa lebih mahal. Sampe di malaysia, yang pesen sering datang kesini minta gambar macem-macem, motif ini..motif orang mbatik .. kirim fotonya tok. ada frater datang kesini dari Meksiko. Ya lukisan saya banyak di meksiko. Terus ada teman dari Meksiko yang datang ketempatnya frater, dibawa kesini terus pesen. ”

Begitu juga Bonar yang menggeluti usaha sablon. Usaha meningkat dan kerjanya menjadi lebih efisien setelah menggunakan berbagai fasilitas di Internet.

”Pertama diajari bikin blog untuk penawaran produk-produk saya. Kalau ada pemesan yang dari jauh kadang minta desain atau prove-prove yang mau dipesan, nanti dikirim lewat email. Nanti kalau sudah di acc baru dibikin. Produk-produk saya foto nanti Saya upload di blog saya. Relasi-relasi saya beritahu. Sebelum ada internet saya harus kesana dulu atau yang pesan datang langsung itu kan agak repot . diajarin pak RT pertama nyoba Bikin email itu, belajar chating. Diajarin bikin blog untuk usaha.”

Kini sudah 80 persen rumah warga di kampung RT. 36 Taman sudah terkoneksi internet. Sementara yang belum punya akses internet di rumah, tidak menghalangi keinginan mereka untuk belajar, diantaranya Rujito

”Lagi-lagi faktor ekonomi. Saya kebutuhan untuk sekolah anak, makan, kebutuhan lainnya. Ada rencana mudah-mudahan bisa pasang. Saya sudah kepingin pasang. Untungnya disini ada pos ronda yang menyediakan fasilitas gratis. Saya sedikit-sedikit belajar . Pertama berita, berita terkini tu daripada saya berlangganan koran saya membuka itu.”

Meski warga melek teknologi dan menjadikan komunikasi antar warga menjadi lebih mudah, suasana guyup dikampung tetap terjaga. Misalnya mereka masih rutin bermain olah raga voli setiap sore atau melakukan pertemuan warga.

Bagi warga, teknologi internet hanya digunakan sebagai fasilitas untuk mempermudah komunikasi dan berinteraksi dengan dunia luar. Kampung taman bisa menjadi salah satu contoh.

Sepertinya, target Pemerintah agar seluruh desa dan kecamatan di Indonesia terhubung dengan infrastruktur telepon dan internet pada tahun 2010 akan tercapai jika semua warga yang tinggal di kampung bisa seperti mereka.

Pendengar, demikian kunjungan ke kampung cyber RT 36 Taman Yogyakarta, saya Noni Arni, salam.

3 komentar:

Cah eRWe Limo mengatakan...

kami salah salah satu warga di jogjakarta ikut bangga atas adanya kampung cyber di daerah ini,...moga2x tambah maju dan berkembang,...bravo RT 36 Taman

from : www.erwelima.blogspot.com

noni arnee mengatakan...

yuuupp...
semoga tetep kompak teruuuss
salam tuk warga Taman

selimut mengatakan...

harus dicontoh nih, biar masyarakat Indonesia di manapun makin pintar dan melek teknologi