Dalam teks
religius Book of the Dead (Kitab
Kematian) Mesir kuno yang ditulis 200SM, Sang Phoenix berkata, "Aku adalah penjaga catatan takdir, buku
tentang hal yang telah terjadi dan akan terjadi."
Ungkapan burung
phoenix yang melambangkan perjalanan waktu dan simbol kehidupan abadi hingga
kini masih bisa dilihat dan dinikmati di salah satu kota tua tersohor di China.
Kota Fenghuang namanya. Letaknya berada di sebelah barat Propinsi Hunan dan
berbatasan dengan propinsi GuiZhou. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari Great Wall, atau 430 km dari Changsa,
ibukota Provinsi Hunan.
sumber:willomegumi.blogspot.com |
Kota kuno berpenduduk
300 ribu jiwa yang didirikan era pemerintahan Kaisar Kangxi, Dinasti Qing, dinasti
terakhir dalam sejarah Tiongkok ini memang tak lepas dari kisah legenda
pengembaraan sepasang burung phoenix ketika “feng” (phoenix jantan)
dan “huang” (phoenix betina) singgah dan mengakhiri pengembaraannya di
lembah yang indah ini. Simbol penyatuan keduanya nampak dari gunung Nanhua di
sebelah barat daya kota yang berbentuk seperti seekor phoenix sedang terbang. Sejak
itu, Kota Phoenix yang berusia 1.300 tahun dan dikelilingi pegunungan lebih
familiar di sebut Kota Fenghuang.
“Keabadian” Kota Fenghuang seolah menjadi mesin waktu
melihat peradaban masyarakat Tiongkok kuno. Patung perunggu burung Phoenix
(Hong) berukuran besar menyambut pengunjung yang datang untuk menikmati
keindahan kota. Tak perlu menekan tombol waktu, pengunjung cukup membayar tiket
masuk ke kota ini sebesar 148 Yuan (Rp 295
ribu) sebelum melintasi North and East City Gate Tower. Jembatan dari
tonggak-tonggak batu di bawah gerbang utara kota lama yang membelah Sungai
Tuojiang yang dangkal dan jernih. Sungai ini pula menjadi pemisah antara kota
baru dan kota lama dan yang dibangun di tepi Sungai Tuojiang. Dan selepas
melintasi Jambatan Hong, imej Kota Fenghuang sebagai kampung air di selatan terhampar
di depan mata.
Jelajah Kota Kuno
Kota Fenghuang merupakan satu diantara 24 kota sejarah dan budaya terkenal di China.
Sejumlah site wajib dikunjungi ketika berada di kota ini. Selain Fenghuang
Ancient City, North and East City Gate Tower, banyak tapak peninggalan sejarah
yang masih terpelihara dengan baik, antaranya kuil sastra yang dijaga
keasliannya dengan mengawetkan bangunan pada zaman Dinasti Ming dan Dinasti
Qing, Gua Qiliang bernama "Istana Seni bawah Tanah", kota purba
Huangsiqiao pada zaman Dinasti Tang, dan dermaga "Tembok Besar di
selatan".
Kota Fenghuang dapat dijelajahi hanya dalam waktu 30
menit. Meski tampak tua dimakan usia, 200 rumah kayu kuno dengan tembok batu
merah masih nampak utuh menampilkan tata ruang kota tradisional tiongkok abad
ke-13. keunikan terlihat dari rumah kayu beratapkan genting hitam, berbentuk
segitiga/nok dengan ujungnya berbentuk kepala burung Hong atau Naga. Bangunannya bertingkat dan bersusun-susun sepanjang tepian sungai
berdinding kayu warna cokelat berjajar-jajar rapi. Sedangkan kedua sisi
rumah-rumah tua itu terdapat 20 jalan kecil dari lempeng batu warna merah tua yang
belum berubah sejak zaman Dinasti Ming. Bukan cuma itu, berbagai peninggalan
sejarah Dinasti Qing yang ada sejak abad ke-17 juga masih terjaga dengan rapi
di sana.
Selain itu nampak kemegahan benteng kota sepanjang
dua kilometer dengan dinding setinggi 5,7 meter dan tebal 3,7 meter yang
dibangun dinasti Ming sekitar tahun 1800-an untuk melindungi kota dari serangan
suku Hmong (etnis Miao) yang kini menjadi penduduk mayoritas selain etnis Tujia.
Keindahan lain adalah menara lonceng, dermaga, kelenteng dan kuil kuno yang
dibangun di dekat gunung, town gate,
serta rainbow bridge. Serta sebuah
jalan membujur dari barat ke timur bak sebuah serambi panjang yang hijau.
Tata kota ini sangat teratur. Rumah yang berada di
pinggir jalan sebagian besar dimanfaatkan sebagai toko atau kedai arak yang
pemiliknya berdandan dengan pakaian tradisional.
Sedangkan di tepi sungai dipenuhi rumah panggung antik
tampak seperti burung jenjang yang mendongak berbaris berjajar-jajar.
Rumah panggung beratap melengkung ke atas dengan
genteng berlapis-lapis bak sisik ikan ini menjadi ciri khas bangunan yang
sebagian besar terbuat dari kayu yang “menggantung” di atas sungai dengan
penyangga pasak-pasak yang menancap di dasar sungai. Struktur bangunan masih
lengkap dengan khas gaya Ming dan Qing yang mewakili dua etnis yang menempati
kota ini.
Meski dalam setengah abad terakhir kota ini terhindar
dari gilasan ekonomi besar besaran di China, kota ini sempat mengalami
kerusakan di jaman Miao tahun 1795 sampai pemberontakan Getun 1937. namun Fenghuang
mampu menjaga harmoni manusia, pegunungan, air dan kota, kebudayaan dan adat
istiadat setempat, hingga dijuluki The
Chinese Most Beautiful Town.
sumber:topikwisata3 |
Cahaya Phoenix
di Waktu Malam
Kabut melintasi gunung dan kota bak
barisan peri putih menambah keindahan cantiknya suasana Fenghuang di pagi hari. Dan
ketika matahari menampakkan diri, warna gunung gelap mengeluarkan semburat cahaya.
Sebagai salah satu kota wisata,
di kota ini juga bermunculan hotel kecil dengan balkon dan kafe yang menghadap langsung
ke Sungai TuoJiang dan melihat pemandangan alam serta kehidupan alami penduduk
setempat.
Sungai yang membelah kota kuno ini memang menjadi urat nadi
kehidupan kota. Ritme kehidupan warga Fenghuang terlihat di bibir sungai sejak
pagi. Mereka mencuci pakaian, sayuran, menjaring ikan, termasuk pemandangan
wisatawan saat menikmati keindahan kota ini dengan tur perahu Flou
ala Gondola di Venice Italia di sepanjang sungai sembari
mendengarkan kisah burung phoenix.
Dan ketika beranjak rembang petang, Kota Fenghuang seolah menjelma
bak wujud burung phoenix yang tengah memamerkan keindahan warna merah keemasan bulu
yang sangat indah dengan sayap berwarna warni serta kaki ungu dan mata biru
laut. Semburat cahaya indah dari lampu warna warni di dinding-dinding seluruh
kota dan rumah penduduk di tepi sungai yang memantul bak cermin di tepi sungai
Tuojiang seperti keindahan warna phoenix.
Fenghuang malih rupa dengan gemerlap lampu yang menghiasi
tempat ini menjadi sebuah tempat baru yang jauh berbeda menyemarakkan iringan musik
dan tarian dari para wisatawan yang bersantai menikmati keindahan kota atau
makan malam sambil menyimak kisah Sheng Cong-wen dari penduduk lokal.
Menjenguk
Shencongwen
Kota Fenghuang dikenal dunia lewat imajinasi Sheng Congwen yang
dituangkan dalam novel berjudul Frontier
City. Ia begitu mahir melukiskan keindahan kota kuno yang unik dan indah
yang menjadi kampung halamannya.
Selain sebagai penyair, Sheng Congwen juga seorang arkeolog dan sejarawan terkenal
zaman modern Tiongkok.
Dan bekas rumah
Shen Congwen terletak di sebuah gang Jalan Zhongying di bagian selatan dari kota tua Fenghuang menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi. Hingga kini rumah
berstruktur batu dan kayu,
bergenting biru dan tembok putih, serta jendela kayu yang terukir terawang
dengan dua pekarangan yang
berkonfigurasi mirip Siheyuan
Beijing (rumah tradisional yang pekarangan di tengah) masih terawat
keasliannya. Halaman luas bergaya tektonik dari dinasti Ming dan Qing
terdapat teras kecil dan 10 kamar yang kecil tapi
dihiasi oleh jendela kayu berukir indah. Halaman ini dibangun kakek Shen pada tahun 1866.
Shencongwen lahir dan menghabiskan masa kecilnya di sini. Namun, saat berusia 15 tahun,
Shen berkelana meninggalkan keluarga dan bergabung dengan tentara, petani, pekerja dan melihat
kegetiran hidup rakyat kecil hingga kemudian memutuskan singgah ke Beijing dan
menghabiskan hidupnya untuk menulis hingga meninggalkan banyak warisan karya
sastra.
Buah Tangan dari
Fenghuang
Seiring dengan meningkatnya wisatawan yang datang ke kota ini.
Kiri kanan rumah kuno berjejer yang membelah jalan kini banyak berubah menjadi
toko yang menjual aneka cindera mata dari kulit, perhiasan/pernak-pernik dari
silver, barang-barang tenunan dan anyaman, guntingan kertas, batik dan batik
ikat.
Selain cinderamata, buah tangan
khas yang banyak dijumpai di antara toko-toko di kota Fenghuang adalah toko
pembuat permen jahe. Salah satu yang terkenal renyah dan harum permen jahe
"Zhang" milik Zhang Lanqing yang diwariskan turun temurun sejak tahun
1896 pada zaman Dinasti Qing. Permen yang berkhasiat menghangatkan lambung,
memperlancar sirkulasi darah, dan menyembuhkan batuk terbuat dari gula merah,
bijan, jahe dan air sumber. Fenghuang juga dikenal sebagai daerah penghasil
jahe dan kiwi terbanyak di seluruh China. Karena itu, setiap toko juga
menyediakan manisan kiwi kering.
Kota Fenghuang memang
ditakdirkan untuk hidup dengan keasliannya seperti burung phoenix yang
ditakdirkan hidup kembali. Setidaknya begitulah kisah burung phoenix yang
ditulis Publius Ovidius Naso,
seorang penyair Romawi “… Lalu ia
berbaring di wewangian yang memabukkan itu dan mati dan bangsa assyria berkata
dari tubuh itu bangkit kembali phoenix kecil yang ditakdirkan untuk hidup lima
abad lagi.”