Pages

Rabu, 04 November 2009

Negeri Bedebah di Ladang Perminus...

Kampanye anti korupsi lewat teater
publish on KBR 68 H Jakarta
by. Noni Aernee

Melawan korupsi tidak hanya dengan menggelar aksi demo dan bentangan spanduk di jalan-jalan.

Para pegiat anti korupsi punya cara lain. Lewat pementasan teater yang realis berjudul ”Ladang Perminus”, mereka mencoba menyadarkan masyarakat akan bahaya laten korupsi. Seperti apa kampanye pencegahan korupsi ini, kontributor KBR 68 H Noni Arni mengajak anda menyaksikan pentas teater yang berlangsung di Taman Budaya Raden Saleh Semarang, Jumat pekan lalu

Hidayat merasa dibohongi dan terhina sang atasan, Kahar . Hidayat di fitnah melakukan korupsi di Perminus, sebuah perusahaan minyak negara tempatnya mengabdi. Bekas pejuang angkatan 45 ini, bahkan dipaksa melepas jabatan sebagai menejer karena tuduhan itu.

Inilah sebagian adegan pementasan teater berjudul ”Ladang Perminus” yang dimainkan sanggar Mainteater Bandung. Pentas itu merupakan bagian dari kampanye anti korupsi yang di gagas puluhan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM seperti ICW, LBH dan Walhi.

Lakon Ladang Perminus diadaptasi dari novel karya Ramadhan KH berjudul sama, isinya kritik atas merebaknya budaya korupsi di Indonesia di tahun 70an, khususnya di sektor industri perminyakan. Lakon teater itu mengisahkan tokoh utama Hidayat seorang menejer perusahaan minyak nusantara atau perminus yang idealis, di fitnah melakukan korupsi oleh atasannya. Skandal korupsi yang sebenarnya melibatkan sang pemfitnah. Skandal itu akhirnya terbongkar.

Tapi meskipun terbukti bersalah, toh Kahar yang akhirnya meninggal itu tetap dimakamkan di Taman makam pahlawan.

Lakon teater Ladang Perminus itu tidak menuturkan mengenai kasus tertentu, tapi lebih menunjukkan pesan moral kepada penonton agar tetap tidak menyerah dalam memberantas korupsi. Setidaknya itu pesan yang ingin disampaikan sutradara ”Ladang Perminus”, Wawan Sofyan

”persoalan ini telah mengakar lama sekali di bangsa indonesia, apakah kita tetap mau berdiam seperti sekarang menerima kenyataan bahwa korupsi itu budaya atau kita akan bergerak ke suatu kondisi yang lebih baik. teater itu adalah bagaimana merespon situasi sosial masyarakat sekelilingnya, dan saya rasa persoalan korupsi adalah persoalan yang besar sekali. menyangkut hajat hidup orang banyak. Kami memutuskan tetap di tahun 70 supaya ada kesan di penonton bahwa masalah ini muncul tahun 70an dan sampai sekarang masih terjadi. Tetep tahun 70an tentang korupsi dibicarakan saat ini orang akan berpikir ternyata sudah terjadi berberapa puluh tahun yang lalu dan sampai sekarang tidak ada perubahan apa-apa tentang itu.”

Pentas Ladang Perminus itu mendapat dukungan penuh dari Koalisi LSM anti korupsi di Jawa Tengah yang bernaung di bawah bendera Komite Penyelidikan dan Pemberantasan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme KP2KKN.

Sekretari KP2KKN Jawa Tengah Eko Haryanto mengatakan, korupsi merupakan jenis kejahatan yang luar biasa. Karena itu diperlukan kampanye aktif dalam bentuk apapun, termasuk melalui jalur seni dan budaya.

”Bercerita soal korupsi di tubuh pertamina, soal lingkungan hidup, hak azasi manusia, setingannya tahun 74 itu hampir sama dengan kontek kekinian. korupsi itu tidak pernah berubah bentuknya, juga di kota semarang yang begitu parahnya kasus korupsinya. bagi kami itu sangat relevan dan masih layak untuk kita tampilkan. ”

Pertunjukan teater “Ladang Perminus” itu memikat ratusan penonton. Banyak orang yang menganggap pertunjukan itu berhasil mengupas habis kasus korupsi dalam tubuh Perminus atau perusahaan pertamina jaman dulu.Pujian antara lain datang dari Zahrotul Mufidah, mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang

”Bagus baget aktore mainnya pembawanya tenang banget, aku seneng. Mereka membawakan pesan-pesan ceritanya itu dengan bagus. negeri kita sudah terbius oleh para korupsi.orang-orang kayak gitu cara berpikirnya ga positif gitu loh.”

Sejak masa orde baru dulu, teater kerap digunakan untuk menggugat praktek korupsi. Kini teaterpun tetap dianggap sebagai media yang efektif untuk menyuarakan kampanye anti korupsi.

Pemerhati seni pertunjukan Rudi Gunawan menilai seni teater mulai dijadikan sebagai media alternatif yang cukup efektif untuk kampanye, termasuk kampanye anti korupsi.

”Teater bisa menjadi medium yang pas asal dikemas dengan populer. Ini kan sebuah upaya baru dengan konsep yang jelas, target audien yang jelas. efektif atau tidaknya saya kira kekuatan pendekatan kultural atau kebudayaan itu adalah persuasif. jadi dalam pertunjukan ini ”ladang perminus” hampir semua penonton ketika pulang paling tidak akan membenci koruptor."

"Hanya di negeri ini, hanya dinegeri ini...seorang koruptor bisa menjadi pahlawan.."

30 Okt '09

Tidak ada komentar: