Pages

Tampilkan postingan dengan label covid19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label covid19. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Agustus 2020

Pasar Pon Ambarawa di Masa Pandemi

Sapi-sapi di pasar hewan Ambarawa bergantian keluar dari dalam pasar. Sapi dengan kisaran ukuran standar di dorong dan ditarik dua orang menuju ke luar pasar. Di bawa menuju truk atau mobil bak yang sudah menunggu di areal parkir di pasar seluas 3,75 hektare.

Mereka ini para bakul atau pedagang sapi yang membeli sapi dari para peternak atau pedagang besar di pasar hewan Ambarawa. Biasanya sapi-sapi ini dijual kembali ke pasar atau pesanan para pembeli dari dalam maupun luar kota.

Sapi-sapi dan pemiliknya hilir mudik masuk dan keluar pasar yang hanya memiliki satu akses utma masuk dan keluar. Pasar Hewan Ambarawa, salah satu pasar ternak / pelelangan hewan ternak terbesar di Jawa Tengah yang lokasinya cukup strategis di tepi  jalan nasional  Bawen-Yogyakarta. Tepatnya di Jalan Palagan di Dusun Jembangan, Bawen, Kabupaten Semarang.

Hewan-hewan seperti sapi dan kambing datang dari berbagai desa di Kabupaten Semarang, seperti Babadan, Salatiga, Ambarawa, Grabag, dan Sumowono. Ada juga sapi didatangkan dari Boyolali. Ukurannya bervariasi dari yang siap potong hingga sapi bibit untuk dipelihara.

Jelang Idul Adha Seperti Apa ?

Biasanya, di jelang Hari Raya Idul Adha aktivitas pasar yang hanya dibuka di hari Pon (penanggalan Jawa) melonjak. Permintaan pasar naik.

Seperti Dimas Tameng yang siang itu memantau para pekerjanya memasukkan sapi yang dibelinya. Di pasaran Pon awal bulan Juli, Dimas membeli satu sapi ukuran standar pesanan dan tiga sapi bibit untuk dipelihara.

1 Juli 2020, pasaran Pon pertama asar hewan Ambarawa ini buka dalam kondisi tatanan kenormalan baru atau new normal. Sebelumnya pasar ini ditutup sementara untuk di sterilkan.

Suara bising ratusan sapi yang diikat di los pasar hewan tidak menggangu konsentrasi Muhammad, pedagang asal Salatiga yang tengah menghitung uang lembaran 50 ribuan dan 100 ribuan hasil transaksi dagangannya. Transaksi tunai diterima langsung setelah berhasil negosiasi harga sapi yang nilainya turun di tengah pandemi Covid-19 ini. Baginya tidak mudah menawarkan dagangannya ketika pembeli jauh berkurang. Bahkan ketika jelang Idul Adha yang biasanya selalu disertai dengan meningkatnya pembeli hewan sapi dan kambing untuk qurban. 

Muhammad, satu dari seratusan pedagang yang tumpah ruah di pasar hewan Ambarawa yang hanya buka pada pasaran Pon menurut perhitungan kalender Jawa. Atau dalam satu bulan buka 6 kali sesuai dengan hari pasaran Pon. Para pedagang ini mencoba mencari peruntungan menjual sapi dagangannya di tengah pandemi.

Namun, suara bising membuat para pedagang lain harus bergerombol dan berdekatan agar suara mereka terdengar ketika mencoba menawarkan sapi-sapi dagangannya kepada para bakul. Atau berusaha meyakinkan pembeli dengan bernegosiasi langsung.

Di saat pandemi ini, para pedagang nyaris tidak menerapkan physical distancing di pasar. Suara para pedagang akan hilang tertelan suara bising ratusan sapi di dalam pasar. Bahkan agar suara terdengar, sesekali mereka melepas masker yang dipakainya.

Negosiasi terkadang dilakukan lewat telepon seluler. Biasanya untuk calon pembeli dari jauh atau luar kota. Transaksi di pasar ini memang tidak hanya dilakukan dengan cara tunai, tapi juga daring dengan mengirim foto atau video dagangan pada calon pembeli yang berada di luar kota.

Di pasar hewan Ambarawa menyediakan tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan hewan dan memberi rekomendasi SKKH bagi hewan yang akan didistribuksikan ke luar kota.

Sebagian besar transaksi di pasar ini meruapkan transaksi peternak dengan pedagang  / bakul yang dijual lagi untuk pasar maupun pesanan. Tidak hanya didistribusikan di Semarang dan sekitar tapi juga di distribusikanke sejumlah kota seperti Jakarta, Bandung, Bogor dan Garut. Dalam kondisi normal, pasar hewan Ambarawa mampu menampung sapi dan kerbau sekitar 800 ekor sapi, bahkan di hari tertentu bisa mencapai 1.000 ekor.

Kuncoro Murjatmiko, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskeswan, RPH dan Pasar Hewan, Dinas Pertanian Peternakan dan Pangan Kabupaten Semarang mengatakan, perdagangan hewan dimasa pandemic cenderung menurun.

“Perdagangan Per-Pon (hari pasaran pasar di buka) per hari jumlah sapi yang masuk sekitar 550 ekor, kambing sekitar 700 ekor. Di saat pandemi banyak desa yang di lockdown dan ditutup, aset pasar menurun pada waktu pandemi sehingga hewan ini jumlah masuknya berkurang jauh. Bahkan pernah di angka 150 ekor sapi, 200 ekor kambing. Menurun drastic,” jelasnya.

Dalam masa new normal perdagangan mendekati stabil karena rata-rata menjelang Besar (Bulan Besar penanggalan Jawa) ini rata-rata menjelang Bulan Besar ini jumlah sapi masuk 650 ekor. Kambing sekitar 800 ekor.  Itu di saat jelang Hari Raya Besar. Tapi setelah itu menurun lagi, kalau di hari biasa itu di angka 500 ekor. Kalau pas sepi ya diangka 450 ekor sapi dan kambing 500 sampai 600 ekor.

Sulis, petugas retribusi di los hewan kambing mengatakan, jelang Hari Raya Idul Adha

bisa sampai 600 ekor, kalau hari biasa 400 ekor. “Ini karena sudah new normal ya pedagang sudah mulai banyak yang datang. Pengaruh besar karena tidak ada pembeli, tidak ada pengunjung. Para penyembelih yang istilahnya mau hajatan kan nggak ada ya otomatis pedagang jualannya nggak pada laku. Masa pandemi sangat berpengaruh sekali.”

Harga Pasaran hancur

Dimas Tameng, pedagang asal Kedungjati mengaku harga jual ternak munurun drastis. Biasanya sudah ramai mulai Bulan Syawal dan Apit. Ini sudah tanggal 8 Bulan Besar (penanggalan Jawa) masih biasa-bisa saja belum banyak peminat, turun.

 “Kalau di pasar harganya memang hancur, turunnya jauh, kalau biasa harga Rp15 juta bisa jadi Rp 12 juta. Nah ini pedagang lagi spekulasi yang tinggi, nanti kalau kita meleset tidak ada pembeli karena Hari Raya Haji juga tidak ada ya itu resiko kita. Harga mengikuti harga Idul Qurban. Kalau itu sesuai pesanan nanti ada yang datang bisa langsung ke perseorangan yang pesan bisa langsung ke rumah.

Menurutnya, tahun sebelumnya, harga jual minimal Rp 18 juta untuk ukuran standar. Dirinya mampu menjual 40 ekor sapid an 100 kambing. “Kalau kambing harganya lebih bagus. Kita lihat nanti peminatnya. Harga kambing lebih bagus dari sapi karena sapi datang dari berbagai daerah, karena di sana lockdown para pengunjung tidak ada juga kurang. Keadaan belum normal apalagi naik haji juga tidak ada.”

Muhammad, pedagang asal Salatiga mengaku, pandemic berdampak besar terhadap perdagangan di pasar hewan. Bahkan penjualan jelang Qurban belum nampak ada peningkatan dan belum dapat diprediksi.

“Oh dampaknya besar sekali, orang-orang yang rencana beli sapi nggak jadi beli karena takut keluar rumah. (hari ini laku berapa) baru laku 4. Harga tutun, satu sapi harga bisa turun RP 3 juta. (menurun berapa persen) 30 persen ya. Kalau satu bulan bisa jual 30 ya 30 persen dari 30 itu berapa, gitu aja. Kalau sekarang (masa pandemi) belum pulih, belum 100 persen. Ya, harapannya bisa seperti tahun lalu, syukur bisa lebih dari tahun lalu.”

Joko, pedagang asal Ambarawa yang mengirimkan hewan hingga luar kota seperti Jakarta dan Bogor juga mengeluh.

“Ini dikirim ke Bogor, jualnya lebih mudah sekarang, peminatnya cenderung kurang. Dampaknya banyak. Kalau aturan relatif tidak mereporkan. Pembeli atau konsumennya yang bikin pusing.

Sebagian besar yang ada di pasar ini adalah petani hewan di sekitar Kabuaten Semarang, Grabag (Magelang), dan Boyolali. yang membawa sapi ke pasar kemudian di beli pedagang besar. Pedagang besar mengumpulakan di rumahnya. Transaksi biasanya model online.

Protokol Kesehatan itu Harus, Tapi …

Pasar hewan juga memberlakukan protocol kesehatan seperti himbauan memakai masker, membuat MMT di tiap titik yang mudah dilihat, meletakan 25 tempat cuci tangan, thermogan, dan hand sanitizer di loket

“Satu jam sekali kami jug amenghimbau lewat pengeras suara himbauan untuk tidak bergerombol, memakai masker dan cuci tangan. ketika orang transaksi terima uang (retribusi).”

Hal yang sulit diatasi di Pasar Ambarawa ini tentunya bergerombol. Jaga jarak karena transaksi sapi ini kadang-kadang kebisingan suara ternak baik kambing maupun sapi. Jadi orang kadang-kadang tidak bisa teriak-teriak, ketika transaksi mereka jaraknya berdekatan karena pengaruh suara ternak.

Pemakaian masker karena ini pengunjungnya dari mana-mana kami sudah menghimbau pemakain masker cuman kadang ada juga yang masih belum memakai masker. Banyak sekali terutama misalnya himbauan jangan bergerombol, ketika menghimbau ini mereka memakai masker, ketika kita sudah pergi dibuka lagi. Ya begitu terus kita dekati lagi pakai masker lagi. Jauh lagi dibuka lagi.

Kuncoro menambahkan, pihaknya pernah mengancam akan menutup pasar jika himbauan tidak ditati. “Seperti kemarin jangan salahkan kami karena kalau kalau bandel tidak nurut aturan protokol kesehatan bisa ditutup lagi kayak kemarin. Ternyata ketika ditutup juga banyak yang bingung karena ini kan bisa jual beli ternak karena kalau ternak tidak segera dijual  memberi pakannya terlalu berat, ongkos pemeliharaan terlalu banyak yang harusnya dijual belum dijual peternak rugi.”

Air dalam bak plastik warna biru dan sabun cuci disediakan pihak pengelola pasar di sejumlah titik, seperti di pintu masuk dan keluar los sapi, di los kambing dan di dalam pasar sebagai standar protokol kesehatan untuk menjaga higienis pasar.

Spanduk himbauan memakai masker dan mencuci tangan juga dipasang di pagar pasar dan di pos-pos retribusi dan medis.

Bagi para petugas, mereka diwajibkan untuk memakai masker, sarung tangan dan menyediakan hand sanitaizer.

Seperti Dimas dan pekerjanya harus memakai masker. Dia juga harus mencuci tangan usai menghitung uang yang harus dibayarkan kepada pemilik sapi yang dibelinya.

Doni, petugas medis di pasar hewan mengatakan, standar kesehatan hewan terjamin karena ada pemeriksaan di setiap pengiriman. Tapi dia mengaku itu sulit diterapkan pada pedagang. Meski setiap hari menghimbau para pedagang tapi masih banyak yang tidak patuh. “Tetap “ndablek” (cuek, tidak mau mendengarkan omongan orang, keras kepala, suka melanggar aturan).”

#Pandemi #Covid-19 #IdulAdha #Corona #ProtokolKesehatan #Pasar #Hewan #Kesehatan #PasarPon #Ambarawa