Pages

Minggu, 18 November 2012

Menyisir Jejak Lorentz


Seabad lalu, Hendrikus Albertus Lorentz  memulai  ekspedisinya memasuki wilayah salju abadi di Papua Tengah dengan kawalan militer Belanda dan orang Dayak yang dipekerjakan sebagai penunjuk jalan. Ia menumpangi kapal uap Valk

Meski ekspedisinya  dinyatakan gagal karena tak mampu menembus puncak Hiriyakub (nama asli dari puncak Wilhelmina yang sekarang bernama puncak Trikora). Penjelajah berkebangsaan Belanda ini mendapat banyak hal. Tidak hanya koleksi ilmiah kekayaan flora fauna yang dikumpulkan dan informasi topografi ke puncak gunung yang diselimuti salju tapi juga pertemuannya dengan sekelompok penduduk asli yang mendiami pegunungan tengah Papua. Ketakutan dengan manusia yang hidup di gunung-gunung putih sirna dan berubah menjadi takjub karena  peradaban tinggi orang yang dianggapnya primitif.

Lorentz kemudian mengakhiri ekspedisinya di Danau Habema. Danau yang berada di tengah lembah indah di Pegunungan Trikora, Papua dengan
 ketinggian 3.400 mdpl yang terletak di desa Habema,  distrik Pelebaga, sekitar 48 Km dari Kota Wamena.  Di danau ini pulalah tujuan field trip saya bersama sejumlah jurnalis dan tim World Wild Found (WWF).

Selain ingin menyaksikan keindahan  salah satu sisi taman nasional Lorentz yang membentang seluas 2.505.600 hektar mulai dari pesisir Laut Arafura hingga Puncak Jaya (Cartenz
piramyd) pada 4.884 mdpl, tim WWF juga melakukan mapping jalur yang mendapat predikat Situs Warisan Dunia karena  memiliki 43 jenis ekosistim dan kawasan daerah tropis yang memiliki gletser.

Berbeda dengan Lorentz, kami memilih jalur udara dari Jayapura menuju Wamena dan melanjutkan dengan perjalanan darat. Tapi bukan berarti jalur yang kami pilih itu lebih mudah dan tanpa kendala. Cuaca buruk membuat pesawat jenis ATR72-200  yang kami tumpangi menuju Wamena harus tertahan tiga jam di bandara Sentani.

menyusuri cartentz
Sepertinya perjalanan yang menantang dan berat. Tapi itu harga yang pantas untuk keindahan keanekaragaman hayati di dalam Taman Nasional Lorentz memberikan kontribusi yang signifikan bagi keanekaragaman hayati di Papua. 

Di tempat strategis menyaksikan gagahnya puncak Trikora yang tertutup lapisan salju atau gletser tropis (Cartentz Glaciers dan  Northwall Firn) Lorentz menyematkan nama kolonel Habema. Danau yang dikelilingi vegetasi alam pegunungan berupa anggrek ini juga sering menjadi tempat peristirahatan bagi para pendaki. Keindahan danau tertinggi di Indonesia ini bahkan pernah dijadikan latar belakang film “Denias” garapan  Alenia picture.

Memang, perjalanan ke Papua selalu memiliki tantangan tersendiri. Tidak hanya cuaca tapi rencana perjalanan yang sudah matangpun  batal karena kondisi keamanan di Puncak Jaya yang kadang tidak dapat di prediksi sebelumnya.
***
Sebagai taman nasional terbesar di Asia Tenggara, Lorentz merupakan  perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. Lorentz terletak di Provinsi Papua dan me
ncakup 10 kabupaten yaitu Kabupaten Jayawijaya, Yahukimo, Puncak Jaya, Mimika, Asmat, Puncak, Lani Jaya, Paniai, Nduga dan Intan Jaya.
  
Menariknya, keanekaragaman hayati di taman nasional ini belum banyak diteliti dalam 20 tahun terakhir karena  70 persen luasan Taman Nasional Lorentz  yang belum terjamah. Kawasan ini diperkirakan menjadi tempat bagi  1.200 species tumbuhan berbunga, 118 species mamalia seperti Babi moncong panjang, Kuskus, Kucing hutan dan Kangguru. 403 species burung,  Merpati, Kakaktua, Burung Udang, Kasuari, Megapoda, Cendrawasih dan Burung Puyuh Salju adalah beberapa diantaranya. Selain 48 species reptile dan amphibian yang ada di Tanah Papua.

Kangguru Pohon
 adalah salah satu species yang hampir hanya terdapat di Lorentz pada ketinggian 3.200-3.500 mdpl. Kawasan ini juga mencakup dua Daerah Burung Endemik  dengan 45 species burung sebaran terbatas dan 9 species endemik. Deretan Pegunungan Sudirman menjadi isolasi alamiah bagi penyebaran jenis burung dan hewan lainnya. Tingginya tingkat endemisitas di kawasan yang 90 persen masih ditutupi hutan hujan tropis.


Tidak hanya itu saja, Taman Nasional Lorentz juga memiliki keragaman budaya dari dua kelompok suku yang mendiami kawasan ini. Pertama, yang mendiami daerah pegunungan dengan budaya pertanian yakni Suku Dani, Suku Ngalik, Suku Nduga, Suku Lani , Suku Moni , Suku Damal  dan Suku Amungme. Mereka dikenal sebagai petani ubi jalar, Buah Merah ,  Kelapa Hutan , Ubi Taro, Tebu.

Dan  suku yang mendiami daerah tepian sungai dan pantai-pantai di daerah Selatan Taman Nasional Lorentz yakni Asmat, Kamoro dan Sempan yang hidupnya meramu sagu dan hasil hutan lainnya serta menangkap ikan, kepiting, udang dan cacing kayu sebagai makanan keseharian mereka. 

Kekayaan hayati dan suku yang mendiami kawasan ini kami temui sepanjang perjalanan saat menyisir distrik Pyramid menuju Kabupaten Lany Jaya. Kawasan perkampungan yang memiliki trade mark pegunungan yang berbentuk Piramyd  yang menjadi jalur lain memasuki taman nasional selain Habema. Perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan jenis Hilux menjadi pilihan mengadapi jalur pegunungan. Kendaraan jenis ini juga menjadi transportasi utama penduduk menuju ke kota. 

Selama perjalanan, mata telanjang kami di suguhi lanskap punggung pengunungan Jaya Wijaya yang hijau, honai (rumah adat) menyembul di lereng, padang rumput, hingga sungai yang meliuk bak ular dan langit biru cerah. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah dengan hawa sejuk dan udara  segar. 

Sesekali kami juga melihat penduduk setempat menggelar hasil kebun mereka di pinggir jalan utama. Selain rokok dan pinang, buah jeruk, mentimun hingga kelapa hutan ditawarkan kepada siapa saja yang kebetulan melintas.

Selain jalur utama yang dilalui kendaraan, jalur udara dengan pesawat kecil yang di parkir di landasan miring menjadi pilihan untuk mobilitas para misionaris yang mengabdikan hidup mereka di pedalaman. 

***
Baik  penduduk asli didalam kawasan taman nasional maupun  zona penyangga kampung yang berbatasan langsung dengan batas luar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan Taman Nasional Lorentz. 

Karena itu, meskipun kawasan ini 70 persen hutan perawan, potensi ancaman kelangsungan taman nasional Lorentz terhadap kerusakan yang berdampak pada ekosistem tetap terjadi. Seperti suku pedalaman perambah hutan, pemekaran kabupaten, pembangunan jalan lintas hingga ancaman pertambangan nikel dan emas.

Kondisi inilah yang mendorong WWF bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Lorentz , pemerintah daerah Provinsi Papua dan ke-sepuluh kabupaten serta pihak yang berkepentingan untuk menyusun Rencana Pengelolaan Taman Nasional Lorentz (RPTNL) 2011-2029.

Dalam implementasinya, perencanaan kawasan konservasi pelestarian dan pemanfaatan kawasan dilakukan melalui lima zonasi. Yakni zona inti, zona khusus, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona tradisional. Konsep ini masih dalam proses rekomendasi pemerintah Provinsi Papua. 
Memang fasilitas dan sarana Lorentz sebagai taman nasional pada tahun 1997 masih sangat terbatas, namun  upaya identifikasi semua obyek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini terus  dikembangkan.

non

Selasa, 13 November 2012

Menyusuri Taman Dunia

Udara dingin masih terasa menusuk tulang meski matahari sudah menyembul dan waktu  menunjukkan pukul 10 pagi,  ketika kami memutuskan keluar dari hotel Novus di kawasan Cipanas, Bogor. Dan menyusuri jalan beraspal berkelok dengan pemandangan kabut tebal gunung Gede dan Pangrango.

Tidak hanya kami, kawasan puncak dan sekitarnya memang selalu ramai dikunjungi dan menarik perhatian wisatawan lokal untuk menghilangkan kepenatan. Maklum, kawasan pegunungan yang terletak di kabupaten Cianjur ini memiliki banyak obyek wisata menarik yang jaraknya berdekatan. Papan petunjuk obyek wisata yang terpampang di kanan kiri jalan utamapun memudahkan wisatawan mengunjungi tempat yang disukai.
 
Salah satu  yang menarik perhatian, papan petunjuk obyek wisata Taman Bunga Nusantara yang berukuran besar.  Penasaran juga, seperti apa keindahan taman bunga ini.
 
Hmm..jujur saja, beberapa kali menghabiskan liburan di kawasan Puncak, obyek wisata ini selalu terlewat. Hingga akhirnya petunjuk jalan membawa kami masuk pedesaan dengan jalan aspal dua jalur sempit yang berlubang. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari tempat kami menginap, tak begitu jauh dari Perumahan Kota Bunga. Tepatnya di jalan Mariwati KM 7 Desa Kawung-luwuk Kecamatan Sukaresmi Cipanas, Cianjur.
 
***
 
Kedatangan kami disambut angsa hitam raksasa yang bertengger mengepakkan sayapnya di atas kolam depan pintu masuk. Patung Black swan ini adalah maskot taman bunga yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 1995 silam.
 
Membeli tiket masuk seharga Rp 20 ribu dengan menyusuri seluruh taman yang luasnya 23 hektar tentunya bukan pilihan kami. ”Pasti capek.”
Dan memutuskan mengelilingi taman dengan membeli tiket Garden Trams seharga Rp 25 ribu. Hanya saja kami harus sabar menunggu antrian selama 20 menit karena armada trams terbatas.
 
Setelah mengatur posisi tempat duduk, trams melaju pelan  memasuki pintu utama. Suara perempuan dari kaset yang diputar di trams menjadi pemandu kami selama mengelilingi taman mulai menjelaskan dengan detail satu persatu taman yang dilewati.
trem utk berkeliling ke taman
Pemandangan pertama langsung disuguhi keindahan tanaman bunga replika burung merak yang ekornya disusun berbagai jenis tanaman bunga berwarna-warni. Menurut pemandu otomatis kami, untuk mengisi topiari merak yang merupakan topiari terbesar di Taman Bunga Nusantara, dibutuhkan sekitar 25 ribu bunga musiman dari luar negeri, seperti bunga pentunia. Untuk display karpet dibutuhkan sekitar 60 ribu tanaman berbunga, yang diganti setiap 2-3 bulan sekali.
 
Jadi jangan heran  jika berkunjung lagi, akan mendapat dekorasi warna bunga yang berbeda. Namun sayang sekali, bunga-bunga itu baru saja ditanam, sehingga tidak bisa menikmati bunganya.

Bunga-bunga ini mendapatkan perawatan ekstra, mulai dari penyediaan lahan, penyiraman, dan pupuk. ”Nggak bisa membayangkan ya, bagaimana pengelola taman bunga ini mengganti seluruh tanaman bunganya  yang selalu berubah.”
 
Tidak jauh dari burung merak terdapat jam raksasa berdiameter 4 meter yang disusun dari berbagai jenis tanaman bunga. Jam Taman yang dirancang teknisi Jepang ini tidak hanya pajangan belaka tapi juga bergerak dan berdentang setiap setengah jam sekali  diiringi oleh suara bel dan musik.
 
Yang bersebelahan dengan Taman Air, yang berisi tumbuhan air seperti lotus yang  berasal dari Asia Timur dan Australia atau bunga teratai dan teratai raksasa (Victoria amazonica) dari Amerika Selatan. Selain  koleksi  Thalia delbata tanaman dari AS bagian tenggara dan pohon papyrus bahan pembuat kertas bangsa Mesir sejak 2750 SM juga  terdapat angsa berwarna putih yang khusus didatangkan dari Eropa dan angsa hitam asal Australia, serta beberapa burung belibis dari Belanda.
 
Trams terus bergerak pelan memasuki taman dan membawa kami pada masa renaissance abad ke-17. Ya, di Taman Perancis kami bebas duduk, mengabadikan momen menikmati hamparan tanaman perdu pendek berbentuk geometris yang menjadi ciri khas pola taman bunga di negara Prancis yang disebut parteri. Bentuk taman ini seperti hiasan sulaman yang konon mencerminkan penguasaan mansia terhadap alam.
Taman Perancis
Belum selesai menikmati suasana kejayaan Louis XIV, kami terus dibawa melintas ke benua Amerika untuk menyaksikan country classic garden suasana pedesaan dan  replika semak berbunga gaya native garden di Taman Amerika.  Taman ini letaknya bersebelahan dengan air terjun musikal. Namanya memang sesuai dengan airnya terjunnya yang melenggak lenggok menari mengikuti alunan musik yang terdengar di sekitar air mancur.
 
Ternyata, Taman Bunga Nusantara ini lebih cocok dinamakan taman bunga dunia. Bagaimana tidak, dengan konsep taman display bunga pertama di Indonesia ini merupakan taman yang menyajikan berbagai koleksi tanaman bunga yang terkenal dan unik dari berbagai belahan dunia.
Keindahan taman yang mengoleksi lebih dari 300 varietas bunga dari seluruh dunia ini memiliki 10 buah taman bunga asri dan tradisional yang dibangun secara khusus di atas lahan 23 hektar. Termasuk Taman Jepang yang dilengkapi tembok tinggi bercat putih atau benteng putih, kolam, pagoda atau gazebo serta tanaman yang dipola dan dipangkas rapi.
 
Taman Bali dengan ciri bangunan khas seperti candi bentar atau gapura, bale bengong serta kul-kul khas Bali.  Taman Mediterania, Taman Palem yang memiliki lebih dari 100 varietas palem dari berbagai penjuru dunia, seperti palem botol, palem phoniex, dan palem washingtonia robusta.  Rumah kaca yang dibangun  tenaga ahli Belanda dengan jumlah panel kaca sebanyak 3 ribu unit. Atau Taman mawar yang warna-warni bunga mawar dari berbagai jenis seperti Hybrid Tea Roses yang berasal dari Amerika dan Australia. Keunikan lainnya adalah nama dari mawar-mawar tersebut diambil dari orang-orang populer seperti Dolly parton, Bing Crosby, dan John F. Kennedy.
 
Taman Labirin, juga salah satu fasilitas yang harus dijajal. Misteri taman seluas 1 hektar yang diilhami legenda Theseus yang mencari monster minotaur mengajak kami  untuk memecahkan jalan tak berujung dan tersesat di tengah-tengah lorong tumbuhan setinggi dua meter hingga keluar keringat dingin untuk menemukan jalan keluarnya. Petualangan seperti Harry Potter dalam turnamen Triwizard  memang  menjadi sensasi sendiri. 

Act like a Harry Potter movie
Setelah berhasil keluar, menaiki menara pandang setinggi 28 meter yang menyerupai pagoda melengkapi keindahan panorama seluruh  taman yang menakjubkan.
Lahan di taman ini keseluruhan dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu 23 hektare untuk taman bunga , 7 hektare sebagai taman bermain anak-anak yang meliputi danau angsa, rafflesia mini theater, gazebo, alam imajinasi, lokasi piknik, amphitheater (panggung terapung) kereta datto, mobil wira-wiri, 2 hektare untuk taman pembibitan dan kebun percobaan berbagai jenis bunga dan tanaman tertentu yang berasal dari daerah subtropis dan negara-negara beriklim dingin di Eropa, Amerika, dan Australia, dan 3 hektare untuk fasilitas restoran, serta fasilitas lain seperti poliklinik, nany’s galleria, penginapan dan penunjang lain bagi anda yang ingin mengadakan acara di halaman rumput yang luas. Jadi tidak hanya tanaman bunga yang menyuguhkan keelokan dan meyegarkan pandangan, tapi  juga   membuat pengunjung betah untuk berlama-lama. 
 
Taman bunga ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.30 WIB tidak hanya sebagai sarana rekreasi dan edukasi. Tapi sepertinya Taman Bunga Nusantara ini bisa mewujudkan mimpi keliling dunia dalam waktu sekejap. 

***
Patung Black Swan

Patung angsa hitam raksasa yang saya lihat di depan pintu gerbang utama Taman Bunga Nusantara, seketika mengingatkan saya pada kisah seorang putri bernama Odette yang dikutuk dan terperangkap dalam tubuh seekor angsa putih selama matahari terbit dan hanya bisa kembali ke wujud manusia ketika matahari terbenam.

Odette yang berakhir tragis dengan kematian karena pangeran yang dinanti dan diharapkan dapat menyelamatkan dirinya dari kutukan justru terkecoh oleh Odile - seorang putri yang perawakannya menyerupai Odette  yang mengepakkan sayap hitam.
Kisah cinta Odette ini adalah kisah tragedi klasik abad 19 dari Rusia yang berjudul ‘Swan Lake’, sebuah cerita yang tak asing lagi bagi khalayak yang mengikuti perkembangan dan sejarah balet. Kisah ini juga diadaptasi film drama yang dibintangi Natalie Portman berjudul Black Swan.
Dua cerita yang mempunyai kesamaan alur yang berkisah seputar pertarungan antara dua hal yang berlawanan yakni kebajikan dan kejahatan  lewat pertarungan yang dibentuk melalui peran ganda Odette/Odile, angsa putih dan angsa hitam
Dan angsa hitam menjadi menarik ketika simbol kejahatan ini justru dijadikan maskot Taman Bunga Nusantara. Di taman ini, unggas yang mempunyai leher sangat panjang dan membentuk huruf "S" dianggap memiliki makna mendalam yang berbanding terbalik dengan cerita diatas.

”Karakter dan ciri khas angsa hitam atau dalam nama ilmiahnya Cygnus atratus dipilih  karena binatang air ini mempunyai banyak kelebihan. Selain memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Black swan juga mampu berkembang biak dengan pesat meskipun berada di luar habitat aslinya,” jelas salah satu penjaga tiket.
Karena itu, dengan ciri khas tersebut, Taman Bunga Nusantara diharapkan dapat selalu berinteraksi secara harmonis dengan masyarakat luas serta lingkungannya baik flora maupun fauna.
Black swan statue
 Selain diabadikan dalam bentuk patung, angsa hitam ini juga bisa ditemui di danau angsa yang berada di Taman Bunga Nusantara. Jumlahnya tidak banyak karena binatang air ini didatangkan langsung dari Australia.
 
Jadi, tidak selamanya angsa hitam itu menjadi simbol kekuatan jahat, apalagi unggas yang pertamakali ditemukan Willem de Vlamingh pada tahun 1697 juga menjadi lambang resmi provinsi Australia Barat. Spesies ini bahkan juga dilindungi oleh pemerintah Australia dan dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red.
Noni Arnee