“Awalnya rapid test reaktif. Kemudian dilakukan swab test pertama di Rumah Sakit Tlogorejo. Hasilnya positif,” kenang Khotib yang ketika dinyatakan reaktif berinisiatif melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Istrinya menyediakan kamar khusus. Di kamar tersebut dipasang tenda untuk tidur. “Di kamar saya kasih tenda. Saya tidur di dalam tenda agar lebih aman,” jelasnya.
Banyak diantara positif Covid-19 adalah Orang tanpa Gejala
(OTG). Salah satunya Ahmad Khotib. Warga RT 06 RW 01 Tambakrejo, Gayamsari,
Semarang ini OTG yang teridentifikasi positif Covid-19 setelah menjalani
serangkaian test.
Khotib juga berturut-turut melakukan swab test lanjutan kedua dan ketiga. Selama isolasi mandiri, Khotib mengkonsumsi dua jenis obat. Pehavra, suplemen vitamin dan Azithromycin, antibiotik golongan macrolide yang diberikan secara oral untuk infeksi saluran napas atas (tonsilitis, faringitis), infeksi saluran napas bawah (bronkitis, pneumonia). Selama masa isolasi, warga di kampungnya juga bergantian mengirim makanan. “Dikirim lauk pauk di taruh di depan nanti saya ambil. Di tiap rumah juga disediakan air dan sabun cuci tangan.”
Dia dapat bernafas lega. Berdasarkan surat keterangan hasil
pemeriksaan dari laboratorium sampel Covid-19 yang diterima dari Laboratorium
Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret tertanggal 22 Juni 2020 menunjukkan dia negatif
Covid-19.
“Ini tinggal 3 hari lagi obat habis,” jelas Khotib kepada Noni
Arnee, wartawan di Semarang yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, ketika
ditemui di rumahnya Selasa (22/6/20).
Khotib, OTG yang teridentifikasi positif Covid-19 pasca menghadiri
acara akad nikah tetangganya pada 11 Juni lalu. Yang hadir pada saat acara
sakral tersebut diantaranya perangkat RT, tetangga dan keluarga kedua mempelai.
Menurutnya, akad nikah ini sudah direncanakan jauh hari.
Kamis 11 Juni sebagai tanggal akad nikah dan 14 Juni untuk gelaran resepsi.
Namun rencana resepsi ditiadakan karena kondisi kesehatan kedua orangtua
mempelai perempuan pada saat itu tidak memungkinkan. Ibu mempelai perempuan
didiagnosa penyakit dalam dan setahun ini rutin terapi. Sedangkan sang ayah
mempunyai riwayat medis penyakit jantung.
“Yang penting akad
nikah dan sah dulu. Acara dilangsungkan di rumah mempelai perempuan,’ jelasnya.
Hamid, keluarga mempelai perempuan menambahkan, acara akad
nikah berlangsung di rumah mempelai perempuan yang jaraknya sekitar 150 meter
dari Masjid Besar Terboyo.
“Bulan Juni, KUA memberi kelonggaran mengelar akad nikah
dengan menerapkan protokol kesehatan. Boleh memilih di KUA, masjid atau di
rumah. Pilihan waktu itu di rumah karena Masjid Besar Terboyo belum mengizinkan
karena masih pandemi,” jelas Hamid.
Menurutnya, jumlah tamu undangan yang hadir dalam akad nikah
tak lebih dari 30 orang. “Undangan 15, mempelai pria bawa 3 mobil, isinya tidak
penuh. Ya dengan anak-anak jumlahnya tidak lebih dari 30,” ungkap Hamid.
Namun, selang dua hari, adik mempelai perempuan mengaku
lemas, batuk dan sesak sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Sultan Agung. Kedua
orangtua mempelai juga menyusul masuk rumah sakit.
“Hari Sabtu 3 keluarga mempelai perempuan masuk rumah sakit.
Adik dan kedua orangtua. Minggu sore adiknya meninggal, katanya karena radang
paru-paru. Disusul Senin petang Ibunya meninggal. Sedangkan ayahnya masih di rawat
hingga kini dan kondisinya sudah membaik,” ungkap Khotib.
Dinas Kesehatan pun kemudian mengambil langkah dengan tracking dan tracing pada orang-orang yang terlibat dalam acara akad nikah
tersebut. Tracking dilakukan sejak tanggal 2 Juni yang menemukan adik mempelai
perempuan sudah mempunyai keluhan demand an hasil lab swasta menunjukkan sang
adik menderita typus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Abdul Hakam, mengatakan,
dari serangkaian test, hasilnya ditemukan 10 orang positif Covid-19. Semua
dalam keadaan OTG.
“Di awal 10 orang rapid test, ada satu yang reaktif. Karena
banyak lansia dan anak-anak yang hadir di acara itu maka hari berikutnya saya
lakukan swab kepada 20 orang. Hasilnya ada 3 orang positif. Nah mereka ini ternyata
punya anak dan di tracking ketemu lagi 2 positif. Dari pihak keluarga inti mempelai
total ada 5 positif,” ungkap Hakam.
Selain rapid test
dan swab test, pihaknya juga berupaya
memutus rantai penyebaran dan penularan Covid-19 dengan meminta para OTG yang teridentifikasi
positif itu untuk diisolasi mandiri dan terapi dengan mengkonsumsi obat. Di
kawasan tersebut juga dilakukan steririsasi dengan penyemprotan disinfektan.
“Per Hari Rabu 25 Juni masih ada 2 positif.”
Untuk lebih memastikan kondisi kesehatan, sejumlah keluarga mempelai
juga isolasi mandiri dan melakukan swab
test mandiri. “8 orang dari pihak keluarga melakukan swab test mandiri dengan membayar Rp 2.3 juta / orang dan hasilnya
negatif semua.” imbuh Hamid.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Abdul Hakam menegaskan, peristiwa akad nikah di
Tambakrejo ini menjadi pembelajaran penting bagi warga Semarang ketika ingin
menggelar acara yang mendatangkan orang banyak. Meski diperbolehkan harus
menerapkan dan mentaati protokol kesehatan yang ketat.
Acara akad nikah tersebut digelar ketika Kota Semarang masih
menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) Tahap III yang berlaku 8 Juni
hingga 21 Juni 2020 seperti yang tertuang dalam Peraturan Walikota (Perwal)
Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan PKM dalam percepatan penanganan
Covid-19 Kota Semarang.
Dalam PKM tahap III tersebut diantaranya menyebutkan
kegiatan sosial seperti pemakaman dan pernikahan tetap boleh dilakukan dengan
pembatasan jumlah 30 orang dan harus menerapkan protap kesehatan.
“Itu jumlah maksimal. Tapi juga harus melihat kondisi
ruangan. Luas atau sempit dan aturan jarak 1-2 meter harus terpenuhi,” imbuh
Hakam.
Kasus Covid-19 Naik
Terus
Jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Semarang dalam satu minggu
terakhir ini melonjak drastis. Data Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan
jumlah positif Covid-19 per tanggal 18 Juni sebanyak 291 orang, naik menjadi
591 orang (per tanggal 25 Juni) yang tersebar di 16 kecamatan.
Terkait dengan jumlah positif Covid-19 di Kota Semarang, M
Abdul Hakam mengakui terjadi lonjakan terus menerus menyusul makin masifnya upaya
rapid test dan swab test oleh Dinas Kesehatan maupun test mandiri yang dilakukan warga di rumah sakit pemerintah yang
menjadi rujukan, rumah sakit swasta maupun di klinik dan lab utama yang
melayani test.
“Belum turun, ini masih naik terus. Jadi tidak ada kata lain
warga harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang disiplin dan sustainable. Orang selama 3 bulan
mungkin sudah bosan di rumah dan begitu keluar seperti euphoria. Makanya harus
selalau diingatkan.” Hakam mengingatkan.
Di Kota Semarang terdapat 3 rumah sakit melayani swab test yakni Rumah Sakit
Wongsonegoro, Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), dan Rumah Sakit Kariadi.
“Kalau lab di rumah sakit penuh, kolaborasi dengan lab se-Jateng. Dua Minggu
ini kita kirim sampel test ke Solo, Yogyakarta. Ya nyebar supaya semua terkendali
dan cepat dapat hasilnya.
Hakam mengakui keterbatasan laboratorium rujukan dalam
menerima sampel test juga menghambat kecepatan proses identifikasi. Ditambah
lagi prosedur panjang mulai dari perencanaan tempat atau lokasi rapid test dan swab test, pencatatan, hingga pembaharuan data.
“Yang jadi persoalan ketika harus antre sampel swab test karena kuota di lab terbatas. Kita
harus cari lab yang tidak banyak antrean. Pandai-pandai kita melihat lab mana
yang kosong dan bisa dimasuki agar hasilnya cepat. Per tanggal 25 Juni, kita
juga masih punya 311 PDP yang menunggu hasil. Kasihan kalau mereka terlalu lama
berada di karantina.”
Sementara itu dari 16 kecamatan di Kota Semarang, 3
Kecamatan menjadi perhatian dan diwaspadai karena angka positif Covid-19 yang
tinggi, yakni Kecamatan Pedurungan, kecamatan banyumanik dan Kecamatan
Tembalang.
“Pokoknya jangan kaget. Kalau dalam 1-2 minggu ini kita
mendapatkan hasil (Covid-19) yang luar biasa tinggi. Iya karena test makin intensif dan kami lakukan
dengan multiple swab, ambil sampel
dari hidung dan tenggorokan,” tandasnya.
Sementara data siagacorona.semarangkota.go.id pada 25 Juni
2020 menujukkan, jumlah Covid-19 meninggal sebanyak 127 orang, PDP 1637 orang,
Dalam Perawatan dan Perbaikan Klinis sebanyak 592 orang dan ODP sejumlah 4.236
orang. Sedangkan yang sembuh 566 orang.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53176439
#Corona #Covid19 #Semarang #Kluster #Pernikahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar