Pages

Rabu, 12 Agustus 2009

Dooorrr...Dusun itupun Terusik....



Kbr 68H Jakarta
By. Noni Arnee

Dusun Beji Jurang, Kedu Temanggung Jawa Tengah mendadak menjadi terkenal, setelah Dusun yang tenang, dan guyub rukun itu menjadi lokasi drama penggrebekan 17 jam yang menewaskan pria yang diduga Noordin M Top, otak dari serangkaian peledakan bom di Indonesia. Peristiwa itu hingga kini masih membekas.

”Kejadian itu pukul 4 tiba-tiba ada mobil 2 jalannya kencang sekali. saya lihat kok jalannya lurus , Yang satu parkir di rumah pak Djari yang satu di depan SD. melintang gini ditengah jalan. Orang nya keluar pake baju item. Trus pake tameng .trus Orangnya lari ke tembakau, sawah, bukit, trus arah sana. pokoknya semuanya. Trus seperempat jam ada dor..dor..tembak. Trus jalan di tutup. Ada apa itu terkejut semua..waktu itu belum ada orang. setengah jam langsung brol(keluar)...semua pada datang. rumahnya pak moch Djari kok begini..katanya ga ada apa-apa. Pengen lihat tapi ga boleh. Disini semua.ga boleh..karena ada dor-dor kenceng semua suruh masuk rumah. Dor..dor..dor..Dung..dung..”

Marimah mengingat peristiwa jumat sore itu. Toni siswa SD negeri 03 Kedu dan temannya bahkan menyangka ledakan yang didengarnya itu petasan yang berasal dari ujung desa.

”Disawah dikrain petasan...”Kaget. Disana lagi main kasti sama teman-teman. Lari ke mesjid sama teman-teman. Pistol..tembakan..bunyinya dor. Takut
Ga sekolah banyak polisi, gurunya juga takut. Ga boleh keluar gitu. Nanti kalo ledakannya sampe sini...bergetar waktu ada granat itu.

Suasana tenang di Dusun Beji tiba-tiba berubah mencekam saat puluhan petugas bersenjata mengepung rumah milik Moch Djari yang dikelilingi ladang padi, tembakau, dan kaki bukit Sikleben itu.
Rumah sederhana bercat putih diduga menjadi lokasi persembunyian teroris yang paling di cari Nurdin M Top.

Bahkan, sebagai Ketua Rt 1 Dusun Beji , Sukarjo mengaku tak menaruh curiga sebelumnya,
”Kegiatan pak Moh Djari biasa-biasa saja. Papaknya aktif. Kegiatan apa saja ikut. Tidak tertutup.
Itu malah saya dirumah sangat kaget, seandainya tidak ada orang yang lewat, di kulon kok ramae itu ada apa..itu saya ndak tahu. Pada bawa senjata..ada apa..warga sama sekali ga ada yang tahu. Tahu-tahu ketika sudah ada aparat, ternyata di sini ada begini dan liat berita ternyata...”

Akibat peristiwa itu, warga menjadi tertekan. Ditambah lagi dengan antusias masyarakat sekitar maupun luar kota yang ingin menyaksikan dari dekat rumah Moh Djari. Keingin tahuan ditunjukkan Zainudin warga Pekalongan dengan mengajak seluruh keluarganya

”Pengen lihat. jadi ingin menyaksikan secara langsung dari pada kemarin liat dari tv tok. Kurang mantep. Kayak apa sebenarnya. Luar biasa..saya hanya melihat dari tv. nurdin entah betul tidaknya. Kok dia pilih lokasi yang enak di grebek. ”

Begitu juga warga setempat Ariyati,”Penasaran.. kan liatnya di tivi, liat aja disini. Kalau liat marem.”

Rumah Moch Djari berubah menjadi lokasi wisata dadakan, wargapun mengabadikan peristiwa bersejarah dengan berbagai macam. Memotret hingga mengumpulkan selongsong peluru bekas baku tembak aparat. Seperti yang dilakukan Iskandar, warga Kedu Temanggung

”Slongsong..nyari slngsong. buat kenang-kenangan bekas nurdin..cari peluru ini lho..suasana)dapat berapa..dua..nanti kalo ada yang nawar..ya pasti tahu dibuat sejarah nanti di ukir di sini peristiwa 8 agustus.Nurdin Top.gara-gara ini Nurdin ga bisa lari ”

Kepala Dusun Beji, Hartoyo mengatakan, peristiwa yang terjadi di rumah Moch Djari , Kyai Dusun Beji pun berujung petaka. Kyai itupun dicurigai telah dimanfaatkan jaringan gembong terorisme Noordin M Top untuk bersembunyi. Sesuatu yang sebelumnya jauh dari benak mereka. Sikap toleran dan guyub yang selama ini tumbuh berubah seketika.

”Suara-suara dari bawah Masyarakat semuanya , pak Djari pulang nanti diusir aja jangan sampe bertempat tinggal di sini. Karena itu sudah menjadi kesepakatan masyarakat. Mengotori dusun. Terserah masyarakat itu. alangkah baiknya. untuk kenyamanan dusun beji selanjutnya.”

suara celoteh anak –anak dan jangkrik di malam hari di alam pesedaan di dusun berhawa dingin terpaksa terusik..entah sampai kapan

Temanggung, Agustus 2009

Tidak ada komentar: