Setelah check-in di hotel kita
langsung ke Restoran S Mas Budi. Kita “selingkuh“dulu.“ Pernyataan Mas Dewanto
yang menjadi pemandu kami selama di Wamena sangat mengejutkan. Bagaimana tidak,
baru saja kendaraan yang kami tumpangi keluar dari Bandar Udara Wamena, dia
sudah menawarkan sesuatu yang membuat Saya dan rombongan menyerngitkan dahi.
Dia terbahak melihat raut wajah saya
yang penuh tanda tanya dan curiga. “Jangan khawatir, maksudnya kami mengajak
makan siang di restoran Mas Budi. Ada makanan khas Lembah Baliem yang wajib
dinikmati kalau datang ke sini.“
Makanan khas? Ternyata yang dimaksud
adalah menu makanan bernama “udang selingkuh“ (cherax albertisii).
Makanan ini sangat terkenal. Di sejumlah restoran, hidangan udang selingkuh menjadi hidangan utama yang paling diburu para wisatawan yang datang ke Wamena.
Makanan ini sangat terkenal. Di sejumlah restoran, hidangan udang selingkuh menjadi hidangan utama yang paling diburu para wisatawan yang datang ke Wamena.
Disebut demikian karena menu khas
santapan di Wamena ini mempunyai bentuk badan seperti udang, tapi bercapit
layaknya seekor kepiting. Kulitnya juga lebih keras dibanding udang biasa.
Masyarakat di Wamena menyebut udang jenis lobster air tawar ini dengan nama
udang selingkuh karena dianggap sebagai hasil “perselingkuhan“ antara udang dan
kepiting.
Tidak hanya dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang lebih besar. Udang jenis ini begitu spesial karena hanya hidup
di air tawar di Sungai Baliem dan disalah satu bagian di Australia.
**
Dan hidangan udang selingkuh
goreng saus mentegapun siap di meja untuk disantap. “Rasanya lezat.
Dagingnya lebih kenyal dan manis,“ kata salah seorang rombongan kami.
Dagingnya lebih kenyal dan manis,“ kata salah seorang rombongan kami.
Tidak hanya di masak saus mentega,
udang selingkuh juga lezat dengan berbagai pilihan dan selera seperti saus asam
manis, rica-rica, atau disajikan dengan woku (masakan Menado). Dinikmati dengan
nasi putih yang hangat bersama sayuran seperti cap cay, ca cangkung dan ca
bunga pepaya yang berasal dari perkebunan organik di Wamena.. Hidangan inipun
lebih lengkap lagi dengan sajian minuman jus terong Belanda yang segar.
Di restoran Mas Budi, seporsi udang
selingkuh dipatok dengan harga Rp 90 ribu, cukup untuk dua orang dewasa.
Jumlah isi dalam setiap porsi tergantung dari ukuran udangnya. Jika udangnya besar, satu porsi hanya berisi dua ekor saja. Tapi belum tentu juga hidangan ini bisa ditemui sewaktu-waktu.
Jumlah isi dalam setiap porsi tergantung dari ukuran udangnya. Jika udangnya besar, satu porsi hanya berisi dua ekor saja. Tapi belum tentu juga hidangan ini bisa ditemui sewaktu-waktu.
Udang selingkuh sulit didapat karena
bergantung pada musim. Maklum udang selingkuh hingga kini memang tidak
dibudidaya secara khusus di Wamena. Sejumlah restoran besar yang ada di kota
ini masih dan hanya mengandalkan dari hasil tangkapan penduduk lokal yang
berburu secara tradisional di Sungai Baliem. Mereka biasanya menjual langsung
ke restoran dengan harga berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta per
kantong plastik. Berapa kilogram beratnya memang tidak bisa dipastikan, karena
penduduk lokal ini memakai ukuran kantong plastik untuk menjual udang selingkuh
tangkapannya. Harga udang mentah memang bisa membumbung tinggi jika pasokan
udang terbatas.
Selain Restoran Mas Budi, menu udang
selingkuh dapat dicari disejumlah restoran seperti di Restoran Baliem Pilamo,
Kafe Pilamo atau Blambangan.
Yang jelas jangan datang pada saat
musim penghujan (banjir) karena udang selingkuh akan hilang dari peredaran di
restoran alias stok kosong. Dan kami cukup beruntung bisa menikmatinya meski
ukurannya lebih kecil dari biasanya.
(non)